Salam Indie Hoi dari Kepatihan Surakarta
Pamflet Event |
Indonesia merupakan negara yang tidak ada habisnya untuk dikupas sejarahnya, dari mulai sejarah peradaban manusianya hingga sejarah seni rupanya. Berbicara masalah seni rupa, kehadiran kami mungkin terhitung sangat belia sekali dalam kancah kesenirupaan di Indonesia. Berangkat dari kota berlabelkan “Kota Budaya” Solo, sebagai tempat berproses seni rupa yang mungkin dalam kepetaan seni rupa Indonesia kurang begitu terjamah. Hal ini bukan menjadi kendala kami untuk selalu berproses seni rupa. Semua ini kami jadikan kekuatan awal untuk mengapresiasikan karya-karya seni rupa yang kami ciptakan.
Pada kesempatan kali ini kami mengatasnamakan “KOPER-K”, berkeinginan untuk mengadakan pameran dengan tajuk “INDIE HOI”. Tema ini kami angkat sebagai hasil proses berkesenirupaan di kota Solo, dan dari hasil ini kami ingin memulai untuk melangkahkan kaki kepada apresiator yang lebih meluas lingkupannya. “Indie Hoi” kami bahasakan sebagai tanda ucapan salam kenal dari kami, selain itu tema ini sebagai spirit yang diusahakan untuk membangun mental personal kami.
Koper-K
merupakan ruang kami untuk berproses kesenirupaan yang memiliki satu tujuan
untuk terus membudidayakan dan melestarikan seni rupa khususnya di kota Solo.
Sebagai generasi perupa baru, kami memiliki kesadaran untuk terus menggali
potensi kesenirupaan yang terus diupayakan untuk dibangun.
Pameran Dibuka Oleh Mas A. Nawangseto |
Situasi Pameran Seni Rupa |
Catatan dari Mas Deny Rahman, Yogjakarta 24 Oktober 2012
Beberapa
waktu yang lalu saya dihubungi oleh salah satu penggagas Koper-k, untuk membuat sebuah tulisan sebagai pengantar pameran yang
akan dimuat di katalog mereka ini. Bagi
saya tidaklah mudah, karena saya pribadi sering merasa bosan membaca basa-basi
tulisan pengatar di banyak katalog pameran, yang isinya pasti tak jauh dari
ucapan selamat, beberapa kalimat pujian, anjuran agar tetap semangat dan terus
berkarya. Tapi saya berusaha sok asoy.
Koper-K
( Kelompok Perupa Kepatihan), yang belum lama ini mendeklarasikan namanya,
terdiri dari: Aan Sasmitra, Boby E.S, Choirul Hidayat,
Dimas Bagus M., Indra Kameswara, M. Husein, Syaifudin, Mujahidin Al Pasha, Rima
Anggi Suwardani, Sonny Hendrawan, Wahyu Eko Prasetyo,Wawan Daryanto, dan Rais Zakaria, adalah sekumpulan
mahasiswa dan alumni ISI Surakarta
Jurusan Seni Murni, yang kini menempati situs lama jurusan Seni Murni ISI
Surakarta di daerah Kepatihan. Berbekal kesadaran bersama untuk berproses
kesenirupaan, Koper-K mencoba mempertahankan situs bekas ‘rumah’ mereka, dengan
cara menjadikannya sebagai nama
kelompok.
Sebagai kelompok
perupa muda yang terbilang baru di lingkungan Solo, sepertinya Koper-K berusaha
ingin melakukan sebuah lompatan signifikan, terbukti untuk mengawali
eksistensinya mereka memilih Jogja sebagai kota pertama yang akan menjadi saksi
pameran perdana mereka. Pameran yang diberi tajuk Indie Hoi, yang mereka sebut sebagai sebuah ungkapan salam kenal
kepada publik, salam kenal untuk eksistensi melalui karya-karya mereka. Bagi
penulis Indie Hoi sendiri sangatlah kental sebagai plesetan, jika kita merujuk
pada kata indehoy sebuah bahasa slang
yang merupakan serapan dari bahasa Belanda in
het hooi (di kandang kuda). Indehoy biasa
digunakan sebagai ungkapan ketika sepasang sejoli sedang bermesraan.
Indie Hoi,
sepintas terdengar ringan, tak jauh beda dengan asoy (asyik). Indie Hoi seakan mewakili karya- karya visual yang main-main,
bebas dari isu-isu besar seperti krtik sosial, politik atau gender. Tapi, bila
melihat karya karya dari ke empat belas perupa ini, kenyataanya tidak seperti
itu. Tidak sedikit dari karya-karya mereka yang merepresentasikan isu-isu besar
yang saya sebutkan tadi. Masalah-masalah sosial, bahkan politik cukup banyak
mereka pilih sebagai sesuatu yang menarik untuk dijadikan sebagai ide
penciptaan, di samping karya-karya yang bergulat dengan persoalan-persoalan
yang bersifat personal. Tidak saya temukan karya yang ‘bermain-main’ dengan
bentuk dan material dari mereka.
Bila
melihat dari apa yang mereka suguhkan pada pameran ini, sapaan perkenalan
mereka bisa saya simpulkan sebagai perkenalan individu-individu Koper-K. Belum
ada ideologi sebagai identitas kelompok yang coba mereka perkenalkan pada
publik yang akan mengapresiasi karya- karya mereka, tak beda dengan banyak
kelompok-kelompok perupa yang bermunculan satu dasawarsa terakhir lainya, baik
di Jogja maupun Solo.
Perjalanan
Koper-K ke depan masih sangatlah panjang, seharusnya. Mengingat
individu-individu kelompok ini banyak yang masih terhitung baru dalam berproses
kesenirupaan, baik di lingkungan kampusnya maupun sebagai praktisi di dunia
seni rupa, walaupun ada di antara mereka yang telah lebih matang sebagai perupa
yang eksis di kota Solo. Masih banyak kesempatan untuk berproses dan berbenah
diri membangun Koper-K yang nantinya harus mempunyai ideologi kelompok yang
kuat, yang bisa membedakan mereka dengan kelompok-kelompok perupa lainya.
Sebagai proses awal saya dapat melihat bagaimana mereka mampu menghilangkan hirarki senior-yunior,
mereka coba membangun dialektika, dengan saling memberi kritik satu sama
lainya.
Keuntungan
Koper- K saat ini, menurut saya mirip dengan Taring Padi, sebuah lembaga
kebudayaan yang digagas oleh alumni dan mahasiswa ISI Yogyakarta belasan tahun
yang lalu. Kala itu Taring Padi juga menempati situs bekas kampus FSR yang
belum jelas akan dipergunakan untuk apa. Tempat berproses keseni rupaan yang
sama, mengakibatkan intensitas pertemuan yang kerap, pada akahirnya akan
menguatkan ideologi kelompok, juga terjadinya proses saling meng-influens satu
sama lain. Proses saling meng-influens tentu ada baik dan ada buruknya. Tapi
setidaknya ada proses saling berbagi pengetahuan, baik dalam wacana maupun hal
yang berkaitan dengan artistik. Hal seperti itulah yang saya harapkan dari
Koper-K ke depan.
Semoga apa yang mereka mulai ini tidak lantas
menguap bila nantinya terbentur persoalan tempat berproses, karena kita tahu
suatu saat situs bekas kampus itu akan kembali dipergunakan oleh institusinya,
saya yakin seharusnya idelogi tak akan pernah mati hanya karena persoalan
tempat, ideologi harus tetap hidup walau harus KOPROL SAMBIL BILANG WOW....
Selamat
berpameran, tetap semangat dan terus berkarya....... INDIE HOI !! :-)
Akhir Kata, Thank's untuk semua yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam acara Pameran Seni Rupa Perdana Kelompok Perupa Kepatihan (KOPER-K), selamat berindie hoi ria..... salam manies buat mba Nana Tedja and Family.....
Mba Nana Tedja and My |