Manusia dengan karakternya, menjadi identitas utama untuk
mengetahui sifat, watak dan perilakunya di kehidupan masyarakat. Menurut
pandangan umum karakter manusia dapat dibagi menjadi dua yaitu: positif atau
negatif. Karakter positif terdiri dari: baik, penyayang, lembut, pemelihara,
bijaksana dsb. Sedangkan karakter negatif terdiri dari: buruk, pembenci, keras,
perusak, angkuh dsb. Karakter positif atau karakter negatif sama-sama tumbuh
kuat dalam lingkungan kehidupan manusia.
Berdasarkan pengamatan secara langsung maupun tidak
langsung, karakter positif atau karakter negatif sudah menjadi satu kesatuan
dan berdampingan tidak bisa dipisahkan dikehidupan manusia. Durkheim
berpendapat mengenai tingkat kesadaran manusia mengenai keberadaannya di dunia
seperti yang pernah ia sketsakan ke dalam sebuah teori: “Di setiap zaman manusia sangat
menyadari dualitas ini. Pada kenyataannya dimana-mana manusia sadar bahwa
dirinya dibentuk dari dua hal ini tidak hanya secara substansial berbeda,
tetapi juga independen satu sama lain, bahkan seringkali berada di dalam
konflik hebat”. Begitu pula sama
halnya dengan beberapa ungkapan dan pandangan tradisi di Jawa, mengenai karakter manusia
dalam menjalani kehidupan duniawi. Seperti yang diungkapkan oleh Suwardi Endraswara bahwa:
“Sifat manusia
yang digambarkan dalam kitab-kitab Jawa dilambangkan seperti ahli emas yang
tidak tahu emas, pawang gajah yang tidak mengerti gajah atau kawula tidak tahu
kepada Gusti. Kedua perwatakan demikian, merupakan sifat dasar manusia. Sifat
tersebut sebenarnya merupakan karunia. Sifat mau memberi (loma) adalah
karunia Tuhan yang ke arah kebaikan. Sedangkan sifat lupa lahir dari
”unen-unen” Jawa: Wong iku nggone lali adalah sifat dasar yang jelek.
Kedua sifat dasar tersebut akan saling berbenturan, tarik-menarik, dan
isi-mengisi dalam hidup manusia. Akibatnya tak ada manusia satu pun yang
sempurna”.
Pemaparan di atas, gagasan mengenai keberadaan manusia
dengan karakter positif atau karakter negatifnya dijadikan ide untuk sebuah
tema. Karakter positif atau karakter negatif manusia masih dinilai terlalu
meluas untuk dijadikan tema penciptaan karya seni lukis, sehingga perlu
direnungkan kembali. Hasil perenungan yang diperoleh dari pengamatan yang dilakukan melalui berita media massa
cetak maupun elektronik. Berbagai pemberitaan muncul kepublik dengan
pernak-pernik wacananya, persoalan yang
sangat kuat akhirnya muncul dibenak untuk dijadikan tema dengan mengangkat
karakter positif atau karakter negatif yang ada dalam diri tokoh dunia (public
figures) nasional maupun internasional.
Tema karakter tokoh dunia, dirasakan dapat mewakili dari apa
yang ingin disampaikan, karena merasakan keberadaan secara langsung maupun
tidak langsung peranan para tokoh dunia dengan karakter positif atau karakter
negatifnya dalam mengubah perkembangan zaman. Fenomena tokoh dunia yang mampu
merubah sudut pandang dan keberadaan masyarakat, tidak terlepas dari karakter
setiap individu tokoh dunia. Madan Sarup menyebutkan dalam bukunya bahwa: “Setiap
manusia, sejauh ini memiliki sifat manusiawi, ingin-disatu sisi-menjadi berbeda
dengan orang lain. Namun disisi lain, ia ingin diakui partikularitasnya yang
unik, sebagai nilai positif. Ia ingin agar pengakuan ini dilihat oleh sebanyak
mungkin orang”. Berdasarkan uraian, karakter tokoh dunia dijadikan tema untuk karya seni lukis yang diciptakan. Karakter yang dimiliki baik secara positif
atau negatif, sudah menjadi
kodrat alam yang identik sifatnya berlawanan namun tidak dapat dilepaskan
keterikatan satu dengan lainnya.
Pengalaman hidup dan latar belakang yang melingkupi pribadi,
sangat kuat mempengaruhi adalah lingkungan keluarga. Sisi keluarga yang
memiliki latar belakang berbeda keyakinan dan berbeda adat (Jawa dan Tionghoa).
Dua latar belakang yang berbeda membawa pengaruh pada karakter latar belakang
yang berbeda pula, disatu sisi karakter lembut dan disatu sisi karakter
keras. Karakter yang secara jelas
terlihat pada sifat, sikap, perilaku didalam lingkungan keluarga secara tidak
langsung terekam dalam benak.
Pandangan
mengenai karakter manusia yang dasar awalannya dilandasi dari latar belakang
pribadi, kemudian diarahkan pada karakter tokoh dunia. Pengarahan pada karakter
tokoh dunia, dilandasi dari rasa kekaguman terhadap mereka akan peranan dan
keberadaannya, yang telah memberikan perubahan perkembangan zaman. Selain rasa kagum yang muncul, melihat setiap individu
karakter tokoh dunia dinilai memiliki karakter yang unik dilihat dari sifat,
watak dan perilaku kehidupan sehari-harinya. Tokoh atau public figure
yang diamati adalah, mereka yang dikenal
dan berkedudukan sebagai Presiden (kepala negara), pemuka agama, pemimpin perang, artis, perupa,
musisi, olahragawan dan selebritis dalam
lingkup nasional dan internasional. Seorang tokoh dunia menjadi sorotan kalangan masyarakat
umum, karena dinilai memiliki peranan yang sangat penting untuk merubah sistem
kehidupan manusia. Secara kenyataan sistem perubahan yang dibangun para tokoh dunia
ini, ada yang membawa kearah positif maupun negatif terhadap kehidupan dunia.
Wibawa Kumis acrilyc, aerosol on canvas 130x100 cm, 2011 |
Berkata Atas Nama Tangan acrilyc, aerosol on canvas 170x100 cm, 2011 |
Imagine acrilyc, aerosol on canvas 130x100 cm, 2011 |
Sweety Bunny acrilyc on canvas 100x80 cm, 2011 |
Lady Memory acrilyc, aerosol on canvas 100x80 cm, 2011 |
Ada Kisah di Balik Kebenaran acrilyc, aerosol on canvas 100x80 cm, 2011 |
Pancaran Dari Balik Tirai Kegelapan acrilyc, aerosol on canvas 100x80 cm, 2011 |
P.O.P acrilyc, aerosol on canvas 150x100 cm, 2011 |
On Selalu acrilyc, aerosol on canvas 150x100 cm, 2011 |
Barra Brava acrilyc, aerosol on canvas 150x100 cm, 2011 |
Banana Soup acrilyc, aerosol on canvas 150x100 cm, 2011 |
Rose on the Wall acrilyc, aerosol on canvas 150x100 cm, 2011 |
Akhir Kekuatan acrilyc on canvas 150x100 cm, 2012 |
Riwayatmu Kini acrilyc, aerosol on canvas 130x100 cm, 2012 |
Cita-cita Menjadi Cita acrilyc, aerosol on canvas 150x100 cm, 2012 |