Persoalan benturan antar budaya yang mengiringi
pertemuan individu-individu dari lintas budaya yang berbeda menjadi semakin
mengemuka dan menuntut perhatian. Persoalan yang tidak sekedar menuntut
pemecahan melainkan lebih pada pemahaman dan kesadaran akan beragam budaya yang
membawa pada kemampuan beradaptasi, memecahkan suatu permasalahan, membangun
hubungan luas, dan mengatasi konflik yang berakar pada budaya yang berbeda,
serta memenangkan globalisasi.
Pendekatan sebagai sebuah konsep ilmiah tidaklah sama
artinya dengan kata pendekatan biasa kita gunakan sehari-hari, dalam konsep
awam pendekatan diartikan sebagai suatu keadaan atau proses mendekati sesuatu,
supaya dapat berhubungan yang diinginkan oleh yang mendekati (Objek).
Pendekatan dapat dilakukan dengan pemahaman psikologi manusia, perilaku manusia
dimana membandingkan psikologis yang menjadi ketertarikan dalam perilaku
seseorang. Dalam kacamata psikologi yang mempelajari manusia individual sama
dengan pengertian mempelajari manusia dari dalam batin rohaninya. Menurut
konsep Koentjaraningrat (1988) Wujud dari keseluruhan unsur budaya manusia
terlihat wujudnya, yaitu mencakupi keseluruhan dari adanya gagasan yang muncul
dari benak seseorang untuk mengungkapkan isi hatinya, kelakuan manusia dalam
kesehariannya, hasil-hasil kelakuan manusia yang ingin diperbuat.
Pertama kali muncul dalam pemikiran orang Indonesia yang merujuk pada suatu kepercayaan
atau pepatah kuno yang merupakan kebudayaan asli masyarakat Indonesia .
Perilaku dijadikan pandangan utama dalam budaya tradisi Indonesia yang menanamkan semua tata tingkah
laku dalam bertutur, gaya
hidup, dan adat yang terkait.
Perbedaan perilaku manusia dari suatu budaya sangat
terlihat jelas, dari pertemuan seorang manusia dengan manusia lain. Dari
pertemuan tersebut tercipta pola – pola adaptasi baik berupa tata perilaku,
keyakinan, maupun seni. Budaya tidaklah ada ketika seorang manusia tidak pernah
bertemu dengan manusia lain. Dalam filsafat jawa kuno tersirat kata “ Wong jawa
nggoning rasa, pada gulange ning kalbu, ing sasmito amrih lantip, kuwana nahan
hawa, kinemat mamoting driyo”. Orang Jawa itu tempatnya di perasaan, mereka
selalu bergulat dengan kalbu atau suara hati, agar pintar dalam menangkap
maksud yang tersembunyi, dengan jalan menahan hawa nafsu, sehingga akal dapat
menangkap maksud yang sebenarnya.
Orang Jawa memahami keadaan melalui rasa, rasa sendiri
memiliki makna perasaan yang timbul dari diri seseorang melalui kontak batin (mengenali situasi kondisi yang dirasakan seseorang), sehingga memahami sesuatu
yang akan dilakukan orang sebelum melakukan suatu tindakan dilihat dari tingkah
laku orang tersebut. Secara visual dapat digambarkan bahwa Orang jawa percaya
dapat memahami keadaan seseorang ketika melakukan pendekatan lewat batin (satu
rasa), melalui pendekatan personal untuk memahami keadaan orang, untuk
mengetahui apa yang ingin diperbuat orang tersebut.
Orang Jawa lebih bersikap “ Hening, Heneng, Henong”
artinya melewati batin (dengan cara
pendekatan perseorangan) menjadi diam (ketika memiliki sebuah ambisi seseorang akan merenung memikirkan apa yang akan
diperbuatnya), tenang (dalam keadaan merenung seseorang akan merasa tenang
dalam batinnya, karena lewat renungan tadi telah mendapatkan sebuah ide yang
akan disampaikan walaupun belum terwujud dalam kenyataannya), dan tentram (Seseorang akan lebih senang ketika hasil renungannya yang berupa ide dan
gagasan dapat direspon banyak orang, melalui pendekatan seseorang) untuk bisa
menyesuaikan pikiran, kemauan, dan hasrat seseorang melalui psikis seseorang
yang dapat disatukan dengan pemikiran Orang.
Pemikiran demikian diulas oleh seorang Plato dalam
tipologinya yang menjelaskan bahwa dalam alam tak sadar terjadi penyesuaian
terhadap dunia dalam batin melalui pikiran (logos) yang terletak di kepala
manusia, Kemauan (thumos) yang terletak di dada manusia, dan Hasrat
(ephithumid) yang terletak di perut manusia.
Sigmund Freud melalui pendekatan psikologis berpendapat
budaya semu (psikologis), dapat dilihat sifat-sifat individu melalui “watak”
(karakter) dan kepribadian (personality). Kepribadian lewat analisis melukiskan
kepribadian orang (tidak melalui suatu peristiwa tertentu, tetapi
melukiskannya dengan kata-kata sifat yang deskriptif) dalam pengertiannya
kata-kata yang bersifat abstrak. Dalam khasus penelitiannya terhadap seorang
nenek yang mengalami depresi tinggi karena ditinggal oleh cucu kesayangannya, Freud sebagai psikolog memiliki kharisma untuk menenangkan batin nenek tersebut
dengan cara memberikan boneka kesayangan cucunya sebagai ingatan atau memori
masa lalu nenek saat cucunya masih ada dipelukan nenek tersebut.
Murphy 1976, mencontohkan sesuatu yang memang dianggap suatu
perilaku abnormal yaitu perilaku seseorang yang berbicara dengan orang mati dan
menganggap dirinya sebagai seekor binatang, ini bisa dimengerti dan dianggap
bukan sebagai gangguan, jika terjadi dalam suatu upacara shamanistic di mana ia
sedang bertindak, berkomunikasi dengan orang yang sudah mati merupakan suatu
kenyataan yang tak bisa di elakan walaupun orang berpendapat dalam pemikiran
sekarang hal tersebut suatu yang mustahil, namun yang bisa merasakannya hanya
orang yang dapat memahami sisi orang yang sudah mati lewat diskusi dengan roh
orang yang sudah mati tersebut.
I'm Hero, 150x100 cm, oil, acrilyk on canvas, 2007 |
Dari beberapa gambaran diatas dapat diambil sebuah
konsep bahwa Sesuatu yang dianggap diam memiliki keinginan atau hasrat untuk
dipahami oleh orang banyak, dengan melalui pendekatan psikologis dan suatu
pendekatan spiritual untuk mengerti apa yang
ingin dilakukan.
Budaya tak pernah lepas dari pengertian manusia yang merupakan
kekhasan yang membedakan masing – masing manusia. Sikap ini menjadi pudar oleh
arus globalisasi dan yang dapat memahami hanya beberapa orang saja, saat ini
orang lebih bersikap langsung bertindak tanpa ada interaksi batin dari keinginan
sebenarnya, nafsu lebih berperan pada saat ini karena pandangan egaliter
terhadap nilai budayanya yang menunjukan bahwa budaya dapat berlaku sebagai
suatu konstruksi individual.
DAFTAR RUJUKAN TERKAIT
Woodworth, D. G.
Marquis, I. Ruchimat, Psychologhy : Suatu pengantar ke dalam ilmu jiwa. Bapesmi, Bandung .
B. Hurlock, Elizabeth . 1994. Psikologi
Perkembangan : Suatu pendekatan
sepanjang rentang kehidupan. Erlangga.
Freud, Sigmund.
2005. Psikopatologi : dalam kehidupan sehari – hari. Pedati.
Dayakisni,
Tri. Suis Yuniardi. 2003. Psikologi Lintas Budaya. UMM Press,