Minggu, 24 November 2013

Bangkit Kembali Komunitas Seni Garis Cakrawala Surakarta di Galeri Balai Pemuda Surabaya.

Dokumentasi. Pembukaan Pameran Komunitas Seni Garis Cakrawala di Galeri Pemuda Surabaya
(Perupa beserta Mas Mufi Mubaroch Dosen STKW Surabaya)


Senin 11 November 2013, tepatnya pukul 19.30 WIB di Galeri Balai Pemuda Surabaya merupakan pembukaan acara dan pertemuan kembali para perupa yang tergabung dalam Komunitas Seni Garis Cakrawala sekaligus agenda yang sudah direncanakan tiga bulan sebelumnya. Empat tahun sudah Komunitas ini berjalan dan mendedikasikan keilmuannya sebagai perupa yang mayoritas berasal dari Akademisi Seni Rupa.
Komunitas ini didirikan pada 16 Juli 2009 di Surakarta, dengan nama awal Cakrawala Fine Art Community. Sudah terhitung banyak agenda yang pernah diselenggarakan maupun diikuti oleh kelompok ini. Dari mulai agenda pameran bersama, pameran tunggal maupun berkolaborasi dengan sesama perupa, perupa senior sampai komunitas di luar seni rupa seperti: performance art, action painting, dll. Seiring berjalannya waktu, Komunitas Seni Garis Cakrawala juga membuka ruang regenerasi yang mengambil perwakilan dari setiap angkatan yang berbeda maupun alumni Mahasiswa Seni Rupa Murni ISI Surakarta. 
Acara di Galeri Balai Pemuda Surabaya yang diselenggarakan kali ini, dikemas dalam bentuk Painting Group Exhibition dengan tajuk “Menjadi Cakrawala”. Membuka wacana yang lebih luas dan memperkaya khazanah berkesenian dalam diri kami, hingga menembus jauh batas cakrawala, bahkan melebur dalam lingkup kebudayaan yang tak terbatas.
Begitulah awal langkah kami mengangkat tajuk “Menjadi Cakrawala” dalam pameran seni rupa yang akan diselenggarakan kali ini. “Menjadi Cakrawala” merupakan proses dari perenungan kami selama ini, dalam perjalanan berkesenian dari diri kami masing-masing. Tajuk ini kami rasa cukup mewakili keresahan kami untuk melakukan lompatan besar dan menembus batas batas yang selama ini menyekat gejolak kami dalam mencapai kehidupan kesenian dan kehidupan kebudayaan yang universal di masa mendatang.
Pandangan mengenai tema “Menjadi Cakrawala” turut diulas oleh Mas Syalaby Ahmad Syalabi. Dalam tulisannya yang mengawali prolog dari katalogus acara kali ini, beliau beranggapan “Kita seperti menyusuri dinding hutan sekaligus lautan tanda yang begitu luas terhubung dengan titik lenyap dimana kita berdiri (perspektip). Cakrawala yang tak terjangkau seolah tak bisa dimasuki atau ‘terpencil’ (bhs sanskerta;durga), namun bisa memberi jarak (penglihatan) destinasi  kejiwaan atau jalan sunyi. Mulai dari barat sampai timur kita ditemani keyakinan ini. Cakrawala sering dipilih menjadi re-kreasi keseimbangan dari ketimpangan kabar buruk  yang menenggelamkan... Apakah anda percaya dengan pernyataan ini? Bagaimana sebetulnya penglihatan seni menemukan cara/jalan ‘lain’, untuk mengembalikan wajah cerah tanpa kernyit dan mengungkapkan ketulusan akal budi..Istilahnya, ber-cakrawala berarti memiliki pedoman yang lebih luas, seni menjadi rilek tapi optimis karena kualitas, bisa jadi karena perkembangan komunikasi dan pengertian bertambah, manusia  lebih independen dan terbuka, semoga terjemahannya memiliki ‘terobosan’. Apakah usulan ini menjembatani karya seni kepada publik? ataukah seni menimbulkan kemitraan baru diluar wilayah seni sehingga menimbulkan banyak perubahan?”.
Untuk kesempatan kali ini, perupa yang mengikuti acara ini ada sekitar 14 perupa. Diantaranya: Aan Sasmitra, Arisno Efendi, Boby Eka S., Bagus Ari N., Dimas Bagus M., Hendra Purnama, Indra Kameswara, Irul Hidayat, Marhaendro Agung YP., Rejo Arianto, Sonny Hendrawan, Wahyu Eko P dan juga dua saudara kami yang berasal dari luar negeri Arina Kiswantoh (Malaysia) dan  Maximo Elizondo (Argentina). Para perupa semuanya berasal dari berbagai angkatan, alumni, maupun darmasiswa asing yang mengenyam pendidikan di Fakultas Seni Rupa dan Desain, Jurusan Seni Rupa Murni ISI Surakarta.


Suasana Pameran

Media presentasi melalui acara kali ini, disambut meriah oleh para apresiator. Mulai dari saudara-saudara kita sesama perupa yang berasal dari akademisi (STKW, UNESA, dll), perupa otodidak, budayawan maupun para pecinta seni lainnya yang berada di Surabaya. Melalui media dan sarana inilah kami bisa menghimpun banyak saudara, sekaligus membangun link sesama perupa yang berasal dari akademisi. Hal ini berpandangan serupa seperti yang dituliskan Mas Hari Prayitno (selaku perupa dan Dosen STKW Surabaya) pada pengantar tulisan di katalogus Menjadi Cakrawala. Beliau berpendapat “Kali ini mereka mencoba merambah penunjukkan diri ke Surabaya yang sekaligus membangun jaringan yang memungkinkan saling berkomunikasi, saling kunjung mengunjungi sebagai silaturahmi. Kini mereka akan menampilkan ekspresi kesenirupaannya.” Agenda kali ini juga memberi dampak positif dalam mempererat tali persaudaraan kembali, baik di intern kelompok maupun ekstern kelompok.