Kumpulan Puisi 2006
Buah Karya: Sonny
Hendrawan
Waktu Itu Bernyawa
Mungkin aku merasa dibodohi
Oleh tingkah laku yang tak tentu
Marah merajai hawa tubuhku
Seakan-akan aku dianggap bahan pergunjingan dari mulut-mulut
omprengan
Ingin
rasanya kubungkam perkataan mereka,
Dengan
sisa-sisa kotoranku
Menyesal,
itulah yang terasa
Pada
diriku saat ini
Aku tak ingin mengikuti iming-iming goblok
Yang hanya membuang nyawa
Waktu berarti…..
Walau terbuang lima detik
Evolusi Hidup
Berubah menjadi yang tak nyata,
Itu memang takdir
Yang tidak dapat dirubah dari agenda
Semuapun akan ikut tercatat dalam jadwalnya
Jangan
sia-siakan…..
Hidup
itu bukan mainan yang mudah
Kita
tinggal menghitung dengan jari
1,2,3,4,5,…dst,
hingga di ujung rumah masa depan
Hai, Hidup Where Are You?
Kucari terus apa arti hidup
Istilah bilang “hidup butuh teman”
Namun untuk apa parasit yang malah menjulur merusak jiwa
Memang begitulah realita life style satu ditindas, yang
menggilas berkuasa
Aku
bukan berarti mengalah
Disini
aku menemukan hidup anyar
Bebas…bebas…bebas…sebutkan
kata itu sebanyak tiga kali
Mudah
kutemukan sekarang arti kata “hidup” senyatanya
Yang Tak Kunjung Tiba
Yogya, pukul 4 lebih 27 detik tepatnya di Stasiun
Aku menunggu kehadirannya,
sudah berjam-jam aku duduk
Bahkan tertidur disebuah kursi panjang terbuat dari kayu dan
besi
Bunyi
peluit panjang dari pria berbaju biru
Aku
tersentak kaget…..
Kukira
“dia” yang dating
Ternyata
itu dari sebagian temannya
Penasaran Hadir
Bergeliat mengikuti arah angin,
Ada tak bisa di senggam
Plin-plan mungkin motifnya
Walau demikian dia jujur
Kadang
dia sulit dimengerti
Rasa
mengorek kedalamannya ingin kucoba
Tapi
ingat jangan coba-coba
Untuk
memasukan roh Dajjal kedalamnya
Ruang Rasa Yang Tersembunyi
Dimensi sesempit ini, tetap aku belum dapat temukan celah
untuk berlindung
Rasa belum menemukan aromanya
Sang ratu yang masih lama dalam sarangnya
Kemana engkau akan melaju sekarang?
Dimana
dapat kutemukan mahkotamu yang maha suci?
Mungkin
suatu saat
Akan
kutemukan
Hadirnya
engkau
(-) (+) “puas”
Tak stabil ketika emosi memuncak
Terpacu terus untuk mengais ambigu
Rasa kurang puas akibatkan semua ini
Ingin semaksimal mungkin kuraih dalam detakan waktu
Sudah
kumakan banyak sisa, namun rasanya kurang
Melebihi
kepuasan yang diinginkan
Satu
cara yang membuat diri bangkit dari keminiman
Selalu
puaskan hati dengan menurut kata khayalmu
Mouthah
Bukan hanya “tahi” saja yang bau,…..
Ternyata mulutpun bisa lebih dari kotoran
Ta…..
Ti……
Tu…..
Tahi memang tahi, bagaimana aromanya ya bau
Kotoran kalah basi dengan mulut
Satu mulut seribu tahi
Makin banyak, makin menyebar
WOW
Wanita oh wanita
Apa yang menjadi teka-teki di balik kemolekan seorang
wanita?
Mengapa selalu terangan-angan untuk menuju wanita?
Apakah karena keindahan susunya, ataukah lubang suci yang
dicari?
Aku
hanya tertarik oleh kehidupan seorang wanita,terutama geliat wanita malam
Sosok
itu yang sedang kucari, dikaryaku akan penuh dengan hujatan wanita
Aku juga terinspirasi
oleh adanya sifat buruk manusia
Aku akan mencoba
untuk menyelami semua itu
Lu La Lu Lis
Kulintasi jalan liku tak menentu
Tak tahu arah yang kucapai
Rasanya tak dapat kugapai yang ingin disampaikan
Rasa tersebut akan sampai pada waktu yang berdetak sekeras
jantungku
Lalu…lala…lali…..
Lalulali…..
Aku
sampai lupa
Apa
yang akan kutulis
Ternyata! Mimpi
Kulukis engkau dengan cat darah
Bercampur keringat rasa
Bau asli tubuhmu terasa
Hingga mengilusi dibenak batin
Entah
apa yang mengacu pada otaku
Hingga
tega ku keluarkan benih perjaka ke selaput suci
Tapi,
setelah kupikir sejenak kulebarkan kelopak cahaya mataku
Ternyata
semuanya mimpi tak tersampaikan
Teriakan Gersang
Ramai serasa sendiri
Ampang tak ada kicauan
Tak ada gerak-gerik yang menyemangati hidup
Si “aku” sudah tak tahan rasanya
Ingin
kutinggalkan negri pelompong ini
Di
sini “aku” bisa mongering
Mungkin
“aku” butuh meditasi
Tak
ada yang bisa diajak mengerti akan keadaan “aku”
Mungkin suatu saat
Kutinggalkan sejenak
Bahkan selamanya…..
Kulupakan…..
Malam Spontanitas
Tangan kecil menggelitik kea rah puncakku
Tetapi,…selanjutnya…..
Kusela, tangan sekecil pentol
Berubah menjadi cakaran garang
Sejatinya Aku
Gadis molek, dengan dialek jawa bertutur padaku
Katanya, dia eks lonte…..
Tersentak!!! Hati pilu mendengar saat dia sebut “aku ini
bajingan”
Demi segelincir lembaran yang menggiurkan
Dia barter dengan surganya…..
Oh…Betapa memilukan mendengarnya
Seakan-akan sudah penuh dengan imingan “Rp”
Mau jadi apa nantinya?
Ya Lonte…..
Lahir Perjanjian Desember
Hadir tiga sosok terlihat hangat
Si molek menatap dua lelaki siap tempur,
Ketika satu pria memiliki egois tinggi
Kotak hidup terasa ramai
Entah
apa yang diperdebatkan
Burung
satu berteriak tiga
Burung
dua berbicara double
Titik temu tak terjadi
Muncul dari benak hitam sebuah perjanjian
15 jari jadi satu, dan diakhiri kata…”setuju”
Inikah namanya tantangan?
Kumpulan Puisi 2007
Buah Karya: Sonny
Hendrawan
Coba Bicara Dengan Batin
Titik…titik…titik…..
Kejenuhan…jenuh…..
Rasaku hampir tak semanis dahulu
Hambar, tak berasa, rasanya ingin kulalui dengan sia-sia
Hanya
itu dan itu saja yang dijamu setiap hari
Apakah
bisa ganti menuku setiap hari?
Jalani
dulu kehidupan ini
Pilih
terbaik yang kamu cita-citakan
Ah…gombal, cita-cita apa yang sekarang kupikirkan?
Yang ada saat ini adalah pikiran mau meledak
Dan jenuh…..
Yang melebur
3 M (Melihat, Mendengar, Merasakan)
Ku buka lembaran di awal 2007
Dengan motivasi bangkit membawa nama gelegar
Ingin kusampaikan aspirasi ini
Pada manusia bertelinga, bermata dan berhati
Nol
Kembali ke-Nol
Saat bulan 2 menyapa diriku
Hampir kuhabiskan nyawa dari setengahnya
Ingin kurubah jasad ini dengan sinar kesucian
Hilangkan sifat najis yang menjamur diraga ini
Ro Na
Aku terbawa oleh rasa iba yang berlebihan
Sehingga aku berani berbuat yang lebih dari kemampuanku
Tak kurasa inilah arti sayang akan dirimu
Dahulu kau yang begitu sebal bagiku, sekilas tampak memelas
di benakku
Mungkin aku jahat, karena telah menyakiti si pria itu
Tapi aku berbuat ini demi kebaikan “N”
Selama ini hanya berperan
Sebagai pemuas sesaat
Momok Dari Griya
Pergi dari satu, kedua lompat ketiga
Lalu tiba di sebuah tempat dimana tenaga metafisika
menyelimuti dinding
Sugesti orang menjadi bimbang dibuatnya
Hanya sekelompok kecil yang berani menembus selaput lelembut
alam dogma
Melihat Yang Tak Terlihat Kembali
Melihat bulan setelah turun air langit
Bulat penuh berisi
Dikala malam lurus pas 12
Kesepian hening diubah dengan obrolan yang terbata-bata
Aku
duduk di samping becak rantaian layangnya dipasung
Kulihat
sahabat bergelut tangan dengan roti berisi
Maklumlah,
dia menawarkan aroma roti legit di pojok trotoar
Dengan gerobak
kuning manja dan neon panjang
Yah…..
Kunikmati pagi ini
Untuk mempesonakan hati
Naskah Yang Tidak Dimengerti
Drama yang belum habis terkuak semua
Tentang diri dan menyelami arti ini
Kisah dalam kehidupan
Yang semuanya belum menunjukkan prosesinya
Dimana
peran belum sepenuhnya
Mengerti
apa yang akan dimainkan
Sosok
yang belum menunjukkan
Eksistensinya
dalam persandiwaraan
Tapak yang belum jelas dengan identitasnya
Suara yang tak pernah terdengar gaungnya
Subjek yang belum mengerti penempatannya
Wayang dalam cerita yang belum jelas apa cerita dan siapa
dalangnya
Fungsi
yang tak menentu untuk digunakan
Semua
yang masih belum terbaca sampai menjadi teka-teki
Apa
ini yang disebut realitas?
Coba saya bertanya, pada orang-orang yang katanya realita
Hidup sudah dijalaninya bahkan yang tua sekalipun
Ngoh…itu pasti yang ada dalam mimik orang-orang itu
Tanyakan pada orang yang sudah melebur bersama alam
Kumpulan Puisi 2008
Buah Karya: Sonny
Hendrawan
Yang Telah Berada
Dulu aku sering bercanda gurau
Merasakan keceriaan bersama yang kita alami
Kamu mungkin bukan siapa-siapa
Tetapi mengapa hati ini terasa perih, pedih atas ketiadaanmu
Sebelum kau pamit
Kau tersenyum padaku
Seakan kau hendak pergi jauh
Wajahmu bersinar secantik bulan
Hanya ini yang bisa aku berikan
Dan doa yang akan menghantarkanmu kembali
Dengan tenang, terima kasih telah kau temani bersama
Selamat tinggal, tak akan kulupakan engkau sampai selamanya
Aku yakin kau masih belum jauh
Diantara kita, aku masih belum percaya
Kau telah meninggalkan begitu cepat
Aku kehilangan suaramu
Kenanganmu selalu hadir menyertai langkahku
Kau bagian dari hidup ini
Mengapa begitu cepat untuk berlalu
Syair-syair Alam
Kabut menemaniku saat terlelap dihamparan batu
Begitu dekat aku dengan rimbunan hijau dan gemericik air
yang deras
Aku memandang luas ke bentang khatulistiwa
Kokoh kecil dapat terpandang oleh mataku
Hanyut
terasa aku dibuatnya
Menggoda
untuk dirasakan alaminya
Entah
rasa senang atau lelah
Semuanya
tak pernah kuhiraukan, untuk mencapai pundakmu
Sahabat menemaniku dari lika-liku jalan yang dibuatnya
Aku merasa ingin menyatu dengan godaannya
Dalam hati ingin kubawa engkau ketempatku yang bising
Sayang, hanya beberapa saja yang mau memalingkan matanya
untukmu
Jelas dalam mata,
Kau sungguh indah nan rupawan
Kau tak kan kuhilangkan
Dalam dimensiku
Bahasa Basi Untuk Basa-Basi
Terucap kata untuk bicara yang melantur
Arah pembicaraan sudah jauh dari pokoknya
Keringat mengucur, tubuh gemetar
Bahasa tubuh mulai menguak bahasa
Mulut tidak ada yang bisa mengatur
Otak pun sudah campur aduk
Pengendalian diri serasa robot bodoh
Komat-kamit…komat…kamit…amit-amit
Sepatah kata mulai dilontarkan
Baunya minta ampun untuk diterima
Busuk…penuh kebusukan dalam suara
Sekilas sampah terlihat saat berucap
Dimana logika akan terpakai
Ketika cacian terus menghampiri
Tanpa isi sekedar isi
Basi jadi basi
Bingung rasa jadi bubrah
Ketika…ketika…..
Terlalu banyak basa-basi
Terbuang dalam sebuah kotoran
Kumpulan Puisi 2009
Buah Karya: Sonny
Hendrawan
Suara Dari Hati Yang Merdeka
Ahh…menyesal…tak ada hentinya terkoyak
Galau, rasa kejujuran terbungkam
Belenggu bagi tonggak jiwa
Melawan dalam amarah dan cinta
Merobek keluar tak berdaya
Degub keras melanda jantung
Untuk dengarkan aspirasi bawah
Melihat sisi di balik layar
Perih tersayat pilu
Rongga semakin terbuka
Berani dalam mengucap kata
Positif mendominasi arah
Menjadikan sosok jihadility
Biodata Belum Lengkap
Memang semua tak bisa dimengerti
Apalagi dipercaya, ketika sesuatu hal yang terlihat buta dan
dangkal
Kesaksian terdiam membaca langkah
Mencari baying-bayang yang bisa diajak bicara
Pertemuan
awal membawa sekedar kenal
Memahami
sosok butuh perjuangan mendalami raga
Di
baliknya ada jiwa terkurung yang sulit di ungkap
Serba sulit ketika tubuh terkoyak
Terpontang-panting oleh keadaan
Penghibur lara sebagai batas senyuman pahit cerita, lalu
jadi pemikiran baru
Muncul mengerti akan sisinya
Menjadi
lelah tak terkuatkan mencurahkan imajinasi
Diam,
termenung, diresapi rasa kesedihan
Mengapa
harus menjadi diri
Ini bukanlah penyesalan
Ini jalan awal menuju kelayakan hidup
Belajar menjadi Satu
Melebur bersama kekuasaan dan Illahi
Tak Ada Alpha
Datang menderu bagai ombak memecah gelanggang
Menyambut penemuan baru untuk disuarakan
Gelegar pada ciptaan-NYA
Merangkul luas apa yang dipandang
Kemampuan
dibuat tak sekuat ledakkan gunung
Melelehkan
di dekat tepi ketiaknya
Namun
kekuatan ini menapakan pada sedikit kenangan dunia
Meski
semua ditumpahkan sampai menggerus tubuh
Langkah senyap pertama yang diperoleh
Semakin meluap
Perlahan jadi kikisan
Yang mengukir didunia waktu
Tak
ada yang perlu disesali
Ketika
itu belum menjalani
Terus…Terus…Gerus…..
Apa
yang ada di balik pori-pori kecil