Senin, 06 Februari 2012

Konten Wacana:


RESENSI YANG DI SUNTING oleh: A. Maskur S.

CATATAN KESAKSIAN PENGHIANATAN MAYJEN SUHARTO

       Sedemikian pentingnya sejarah bagi sebuah bangsa, karna siapa sudi bila suatu generasi mengalami kesalahan yang sama seperti para pendahulunya.Sejarah pun tak pantas ditutup-tutupi dengan kebohongan demi alasan kepentingan kekuasaan politik suatu rezim yang berkuasa. Lantas kebohongan pastilah tercium baunya dengan apapun itu, karna tak selamanya kepentingan politik selalu mengontrolnya dan sejarah tetaplah sejarah yang harus diluruskan kebenarannya. Maka pantaslah kita memilih berbagai buku literatur sejarah yang mampu menhilangkan dahaga akan kebenarannya, dan menjadikan bangsa kita bangsa yang bermartabat dengan menhargai perjuangan para pelaku sejarah negri ini.
       Sejarah Indonesia menjadi fiktif, tatkala menjamah masa-masa peralihan orde lama ke orde baru. Sepertinya penguasa saat itu, sebelum rezim orde baru lengser di tahun 1998, merasa terusik apabila wacana sejarah tentang tragedi tahun 65 berkembang bebas di publik. Mereka sadar betul akan hal itu dan demi kekuasaan, sejarah pun menjadi kerdil dan penuh rekayasa. Maka, buku yang berjudul CREEPING COUP d’ETAT MAYJEN SUHARTO ini seakan mencoba mengembalikan makna sejarah tragedi tersebut secara utuh dan gamblang. Bahkan menurut saya ini adalah sebuah catatan kesaksian yang sarat akan pesan yang melebihi fakta sejarah itu sendiri.
            Buku ini adalah sukma dari diri Bung Karno, Sang pemimpin besar revolusi Indonesia, yang memperjuangkan kemerdekaan dunia dari kerakusan kaum NEOKOLIM-nya sekutu.Buku yang berisi pesan terakhir beliau agar kita waspada terhadap kekuatan imperialisme dan kolonialisme yang selalu mengintai, mencoba memecah belah, dan melemahkan jiwa nasionalisme kita sebagai bangsa Indonesia yang merdeka , seperti yang tersirat dalam kutipan pidato terakhir beliau yang dilampirkan hampir setengah dari buku ini,”Capailah Bintang-bintang di Langit!”, sebuah naskah lengkap pidato Presiden Sukarno di 17 Agustus 1965,sebuah pidato kenegaraan Beliau yang terakhir, seolah dikutip sebagai setengah jiwa dari buku ini.
            Buku yang terlahir dari kegundahan dalam mencari kebenaran sejarah ini, menjadi rujukan sejarah yang spesial tatakala ditulis oleh seorang Sukmawati, seorang putri mendiang Bung Karno dari Ibu Fatmawati. Batinnya serasa terpanggil untuk menulis sedikit cerita tentang Bung Karno. Dengan hati yang lepas, beliau menceritakan secara detail tentang kesaksian di hari-hari terakhirnya bersama Ayahanda tercinta yang menyedihkan. Sebuah narasi yang membuat hati saya tersentuh untuk membaca dan mengajak kita mengenal sosok dan perjuangan Bung Karno. Melaui buku kecil berjudul CREEPING d’ETAT MAYJEN SUHARTO ini beliau berharap dapat menambahkan khazanah pustaka dan wawasan dalam dunia politik yang bermanfaat. Agar pembaca dapat belajar dan melihat, ketika politik bersih,ternoda oleh politik kotor,yang ia paparkan secara pelan-pelan dalam buku setebal 160 halaman ini.
            Tragedi Oktober tetap tercatat sebagai peristiwa memilukan dalam sejarah Indonesia,tragedi yang menelan banyak korban,bahkan ada indikasi menakutkan yang melibatkan kaum “NEOKOLIM”di dalamnya. Sebuah peristiwa yang diartikan sebagai penghianatan oleh sukmawati sang penulis buku ini. Secara gamblang beliau pun mencatat kronologis kesaksiannya terhadap kesedihan Bung Karno yang pada waktu itu merasa dipermainkan bawahannya sendiri, pemegang SUPERSEMAR yang lantas mengorbankan rakyatnya yang tak berdosa. Faktanya bukan sekedar masyarakat yang disangka komunis yang menjadi sasarannya, bukan sekedar G 30 S yang menewaskan Jajaran Jendral tertinggi bangsa ini, tetapi penangkapan yang membunuh banyak korban dari rakyat biasa.Penculikan dan pelanggaran HAM pun terjadi di mana-mana.
            Bahkan disinyalir tragedi Oktober ini sebagai aksi pembungkaman terhadap Bung karno yang melalui gerakan ‘NON-BLOK-nya menentang keras penjajahan Bangsa Barat. Bahkan menjadi kesimpulan dari buku ini bahwa apa yang terjadi di Indonesia dengan G 30 S, demo-demo KAMI,tidak terlepas dengan peran terselubung dari CIA-nya Amerika yang tidak suka dengan sikap politik dari negara-negara anggota “NON BLOK” yang terdiri dari beberapa Negara yang turut dalam konferensi Asia Afrika(KAA) pada tahun 1955 di Bandung.
            Creeping Coup d’Etat sebuah kudeta yang di lakukan secara bertahap terhadap Orde Bung Karno,oleh sebuah gerakan anti pemerintahan yang mencoba mengabil alih secara berlahan namun berjalan taktis dan pasti.G 30 S hanyalah tahap awal dari gerakan ini, ada 4 tahap yang disinyalir sebagai tahapan kudeta Mayjen Suharto yang dianggap sebagai tokoh utama dari aksi kudeta ini. Sampai akhirnya beliau berhasil menggulingkan rezim syah Bung Karno.
            Apabila buku Bung Karno: Penyambung lidah Rakyat karya Cindy Adams kerap menjadi acuan untuk menggambarkan sejarah hidup sang Pemimpin Besar sejak lahir hingga tahun 1986, maka buku ini layaknya menjadi episode akhir dari buku Cindy Adams itu yang layak menjadi salah satu koleksi buku sejarah anda para pencinta sejarah.
            Buku ini sangat menarik untuk kita baca, dan kita renungkan sebagai pembanding buku-buku sejarah Bung Karno yang sudah diterbitkan dengan berbagai fersi dari penulis yang berbeda-beda. Sebagai refleksi untuk kita akan pentingnya nilai pejuangan membangun negri ini menjadi bangsa yang merdeka. Namun hitam-putih pelaku sejarah negri ini sepatutnya menjadi cermin untuk kita agar menjadi bangsa yang bersikap positip dalam membangun negri ini. Buku yang membutuhkan banyak waktu untuk menulisnya dengan segala kegundahan diri Sang Penulis ini semoga dapat menambah khazanah wawasan kita tentang sejarah pascakemerdekaan yang sangat kelam.


Tidak ada komentar: