Dokumentasi susana pameran seni rupa sisi lain di galeri Mosongo ISI Surakarta |
Perkembangan seni rupa di Indonesia selalu
menjadi bahan persoalan yang diperdebatkan oleh banyak pihak, baik oleh
pengamat seni, kritikus, dan kurator. Masalah yang muncul dalam perkembangan
seni rupa saat ini adalah permasalah peran atau kepentingan seni itu
sendiri di masyarakat, tujuan seni rupa awalnya untuk diapresiasi oleh publik,
namun kenyataannya seni rupa yang berkembang sudah melebar bukan hanya untuk
di apresiasi saja, melainkan untuk kepentingan managamen untuk diperjual belikan sebagai kebutuhan sekunder bagi masyarakat kalangan
atas.
Dok. PKL siswa SMA, workshop seni lukis di ruang terbuka |
Seni rupa digunakan sebagai
bahan apresiasi kepada masyarakat luas, dan memberikan pendidikan kepada masyarakat
luas akan keberadaan seni lukis. Seniman pada umumnya mengatakan bahwa seni merupakan media ekspresi yang muncul dari benak seniman itu sendiri dan
untuk diapresisi agar masyarakat mengerti apa yang akan diungkapkan dari
seniman tersebut, namun keberadaannya berbeda saat ini karya seni yang dianggap
murni sekarang berpindah kedudukannya sebagai pelengkap dinding atau interior,
ketika persoalan tersebut muncul seni lukis menjadi bahan diskusi yang melebar,
seni lukis tetap murni muncul dari benak seniman itu sendiri, namun cara yang
digunakan sekarang ini yang berbeda, seniman lebih mengutamakan kwalitas
visualnya daripada kedalaman konsep untuk dipamerkan digaleri yang komersial
sifatnya, hal ini tidak dapat menyalahkan setiap individu seniman tersebut,
karena untuk memenuhi seniman itu sendiri.
Galeri komersial tersebut menawarkan produknya
(karya seni rupa) untuk dijual pada kolektor yang sifatnya menjual pula, sehingga
apabila lukisan tersebut laku terjual dan berpindah tangan dari seniman ke
kolektor melalui managemen galeri yang dilakukan seorang kurator, ketika
lukisan tersebut berpindah tangan berarti seniman sudah tidak bersangkutan
dengan lukisannya. Ketika problem yang muncul karya seni rupa yang murni dijadikan sebagai penghias interior, seniman tidak dapat mengelaknya oleh
kondisi yang memang gencar saat ini. Sebagai penghias interior bukan berarti
tidak diapresiasi, ketika seorang pengamat (Audience) mengamati lukisan yang
terpasang di loby, atau Ruang tamu Audience akan merasakan terbawa oleh karya seni rupa
tersebut, sehingga kadang pengaruh dari seni rupa itu sendiri membawa dampak
psikologi pada individu yang mengamati.
Perkembangan seni rupa
semakin merambah kepihak investor untuk diperjualbelikan sebagai lahan
investasi yang cukup menguntungkan, seniman tidak dapat terlepas dari
permasalahan ini, ketika seniman sudah mengenal galeri maka yang terjadi adalah
permainan pasar yang menjanjikan untuk kehidupan seniman. Jika hal ini terjadi
seni rupa yang awalnya bertujuan sebagai media ekspresi personal menjadi
sebuah karya siap jual melalui pemasaran lewat galeri yang tidak terlepas dari
investor seni.
Dalam perkembangan seni rupa
di Indonesia sekarang ini perubahan yang paling menonjol dalam permasalahan
adalah adanya pergeseran kedudukan seni rupa itu sendiri yang sekarang cenderung
mengarah pada produk masal. Dalam kenyataannya ini berbeda dengan kedudukan
seni lukis masa lalu, seni lukis benar – benar menjadi media ekspresi
seniman. Dalam buku Filsafat Hegel dikatakan bahwa ”Kehidupan alam semesta
merupakan proses realisasi dari ide absolut. Ide absolut hanya dapat menemukan
realisasinya yang sempurna dalam keseluruhan ruang dan keseluruhan arah
keberadaan alam semesta; ide absolut tidak akan menemukan realisasinya yang
sempurna dalam satu objek yang manapun, dan apa pun, yang dibatasi ruang dan
waktu. Selagi dalam perwujudan, ide absolut itu terbagi dalam serangkaian ide –
ide tertentu; dan setiap ide tertentu, pada gilirannya hanya dapat menemukan
realisasinya yang sempurna dalam objek – objek yang tak terhingga jumlahnya,
atau keberadaan –keberadaan yang dicakupnya; ia tidak pernah direalisasikan
secara sempurna dalam satu keberadaan terpisah.” dalam kenyataannya ruang dan
waktu yang dikatakan Hegel terbukti dalam ruang yang berbeda dan waktu yang
berbeda kedudukan seni lukis pun sudah bergeser dari anggapan semula yang
dianggap sebagai ekspresi person sekarang bergeser menjadi ekspresi yang
diinginkan pasar (karya seni rupa yang sifatnya menjual mengikuti perkembangan yang
saat ini berada).
Dok. Diskusi kekaryaan di green house book cafe, Surakarta |
Berbica tentang masyarakat
luas seni rupa memang untuk diperkenalkan dan diapresiasi kepada publik, agar
mendapatkan respon dari yang diharapkan pelukis tersebut, tetapi pada
kenyataannya seniman tidak berhenti melangkah begitu saja, ide muncul dari
seniman dan muncul berbagai tindakan bagaimana karya rupa tersebut selain
diapresiasi juga laku terjual baik dikoleksi olek kolektor pribadi maupun
kolektor yang sifatnya menjual sebagai investasi. Pandangan ini memang cukup
riskan mengenai keberadaan seni rupa sendiri, seni rupa tidak terlalu jauh
dari barang produk masal yang siapapun berhak memilikinya, ini semua
dipengaruhi kondisi seni lukis di Indonesia yang literaturnya kacau dan kondisi
bangsa Indonesia sendiri yang tidak prihatin terhadap keberadaan seni lukis
yang merupakan aset negara dalam bidang budaya. Tetapi pandangan tersebut juga
tidak terlepas dari peran kolektor yang masih berpegang teguh untuk mengoleksi
karya seni rupa dari seniman untuk aset negara. Banyak kolektor sakarang ini
menjadikan seni lukis sebagai investasi sendiri, dengan mempermainkan harga
jual karya seni dan melelangnya kepada kolektor lainya, yang cenderung kolektor
asing, sehingga dapat terjual mahal. contoh: hal ini yang menyebabkan pelukis menjadi
terkenal dan selalu diburu oleh kolektor yang sifatnya menjual. Jadi seorang
pelukis terkenal bukan dari sebuah penemuan jati dirinya dan intesnya dia
mengikuti event nasional maupun internasional, tetapi berkat kolektor yang
menjual karya lukis senimannya, pengalaman hidup dan pengembaraan diri saat ini
sudah bukan menjadi ideal seorang seniman terkenal namun sebuah keberuntungan
yang menghampiri sosok seniman terkenal.
Sekarang ini banyak galeri
komersil dibangun untuk memfasilitasi perupa untuk menjadi terkenal
dan karyanya laku terjual mahal, kurator banyak bermunculan untuk mencari
pemasukan dari penjualan setiap karya seni rupa. Perupa muda banyak berlomba
– lomba untuk memajang karya, agar dapat terjual mahal dan
dikenal. Gejala ini menunjukan pergeseran nilai seni rupa sebagai seni rupa
murni. Banyak bermunculan event yang diselenggarakan oleh pihak galeri
bekerjasama dengan kurator, dan kritikus untuk meraih keuntungan dalam
penjualan karya seni lukis.
Pengambilan sikap seniman di
era sekarang ini kita harus memiliki daya intelektual yang tinggi untuk
bersaing dengan lainnya. Persaingan dibidang seni semakin melebar ketika banyak
seniman muda unjuk kebolehan, dan peran serta dari pameran seni rupa yang
tarafnya bergengsi. Menatap masa depan bukan sekedar mempertahankan ego serta
individualistis, akan tetapi kita mengikuti perkembangan yang ada, bukan
berarti kita mengikuti pasar seni yang diciptakan oleh para investor seni demi
sebuah keuntungan yang ada. Seniman memang ditekan oleh keadaan yang sudah
tidak terkendali, akan tetapi bagaimana kita mengambil langkah pintar untuk
tetap eksis dalam kesenian.
MASUKNYA SENI RUPA KE DUNIA PENDIDIKAN
Dok. suasana pameran pendidikan seni rupa di kamus ISI Surakarta |
Pendidikan seni rupa yang
diterapkan disetiap Institusi yang ada di Indonesia sebaiknya dibawa kearah
pendidikan benar dan tidak terlepas dari permasalahan seni lukis terutama
arahan seni lukis agar memunculkan karakteristik setiap individu yang berbeda
dari segi latar belakang dan lingkungan masing – masing yang dibentuk dari
sejak seseorang dilahirkan.
Pendidikan yang benar berarti
apa yang diterapkan sebagai ilmu berguna untuk menciptakan seniman (pelukis)
yang memiliki intelektualitas dan pengembangan dalam bidang seni. Pendidikan
yang efisien di bidang seni rupa seharusnya tidak terlepas dari materi kesenirupaan, dalam hal ini sebuah institusi seni tidak dapat memaksakan kepada
personalitas untuk mengikuti tujuan institusi, walaupun setiap institusi
memiliki visi dan misi, tetapi dalam visi dan misi tidak mempermasalahkan segi
arahan yang dituju untuk diarahkan kemana. Hal seperti ini terkesan akan
memaksakan setiap seniman untuk bebas berkreasi (dikebiri). Seni rupa sendiri
merupakan ilmu murni yang sulit untuk diungkapkan oleh semua kalangan
masyarakat, karena seni rupa muncul dan ada ketika seniman tersebut
merenungkan dan menghayati bentuk – bentuk yang ada disekitar mereka dengan
gaya (teknis lukis) yang berbeda (bentuk yang berbeda sesuai dengan
karakteristik masing – masing).
Pendidikan seni rupa
kebanyakan diarahkan hanya pada satu pusat saja, tidak menyeluruh. Hal ini akan
menghambat jalannya ide yang ada, serta pengalaman – pengalaman yang ada, dari
pengalaman – pengalaman itu karakteristik kita akan muncul keasliannya. Dari
setiap permasalahan yang muncul didalam diri kita, itu merupakan sumber ide dan
kretifitas untuk menciptakannya. Bentuk yang berbeda di setiap karya seni itu
terbentuk dari sebuah perenungan kita, agar memunculkan karakter dan sifat kita
sebagai manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar