Sabtu, 10 November 2012

Kelompok Perupa Kepatihan


Salam Indie Hoi dari Kepatihan Surakarta



Pamflet Event

 Indonesia merupakan negara yang tidak ada habisnya untuk dikupas sejarahnya, dari mulai sejarah peradaban manusianya hingga sejarah seni rupanya. Berbicara masalah seni rupa, kehadiran kami mungkin terhitung sangat belia sekali dalam kancah kesenirupaan di Indonesia. Berangkat dari kota berlabelkan “Kota Budaya” Solo, sebagai tempat berproses seni rupa yang mungkin dalam kepetaan seni rupa Indonesia kurang begitu terjamah. Hal ini bukan menjadi kendala kami untuk selalu berproses seni rupa. Semua ini kami jadikan kekuatan awal untuk mengapresiasikan karya-karya seni rupa yang kami ciptakan.
Pada kesempatan kali ini kami mengatasnamakan “KOPER-K”, berkeinginan untuk mengadakan pameran dengan tajuk “INDIE HOI”. Tema ini kami angkat sebagai hasil proses berkesenirupaan di kota Solo, dan dari hasil ini kami ingin memulai untuk melangkahkan kaki kepada apresiator yang lebih meluas lingkupannya.  “Indie Hoi” kami bahasakan sebagai tanda ucapan salam kenal dari kami, selain itu tema ini sebagai spirit yang diusahakan untuk membangun mental personal kami.
Koper-K merupakan ruang kami untuk berproses kesenirupaan yang memiliki satu tujuan untuk terus membudidayakan dan melestarikan seni rupa khususnya di kota Solo. Sebagai generasi perupa baru, kami memiliki kesadaran untuk terus menggali potensi kesenirupaan yang terus diupayakan untuk dibangun.


Pameran Dibuka Oleh Mas A. Nawangseto

Situasi Pameran Seni Rupa


 Catatan dari Mas Deny Rahman, Yogjakarta 24 Oktober 2012

Beberapa waktu yang lalu saya dihubungi oleh salah satu penggagas  Koper-k, untuk membuat  sebuah tulisan sebagai pengantar pameran yang akan dimuat di katalog mereka  ini. Bagi saya tidaklah mudah, karena saya pribadi sering merasa bosan membaca basa-basi tulisan pengatar di banyak katalog pameran, yang isinya pasti tak jauh dari ucapan selamat, beberapa kalimat pujian, anjuran agar tetap semangat dan terus berkarya. Tapi saya berusaha sok asoy.
Koper-K ( Kelompok Perupa Kepatihan), yang belum lama ini mendeklarasikan namanya, terdiri dari: Aan Sasmitra, Boby E.S, Choirul Hidayat, Dimas Bagus M., Indra Kameswara, M. Husein, Syaifudin, Mujahidin Al Pasha, Rima Anggi Suwardani, Sonny Hendrawan, Wahyu Eko Prasetyo,Wawan Daryanto, dan Rais Zakaria, adalah sekumpulan mahasiswa  dan alumni ISI Surakarta Jurusan Seni Murni, yang kini menempati situs lama jurusan Seni Murni ISI Surakarta di daerah Kepatihan. Berbekal kesadaran bersama untuk berproses kesenirupaan, Koper-K mencoba mempertahankan situs bekas ‘rumah’ mereka, dengan cara  menjadikannya sebagai nama kelompok.
Sebagai kelompok perupa muda yang terbilang baru di lingkungan Solo, sepertinya Koper-K berusaha ingin melakukan sebuah lompatan signifikan, terbukti untuk mengawali eksistensinya mereka memilih Jogja sebagai kota pertama yang akan menjadi saksi pameran perdana mereka. Pameran yang diberi tajuk Indie Hoi, yang mereka sebut sebagai sebuah ungkapan salam kenal kepada publik, salam kenal untuk eksistensi melalui karya-karya mereka. Bagi penulis Indie Hoi sendiri sangatlah kental sebagai plesetan, jika kita merujuk pada kata indehoy sebuah bahasa slang yang merupakan serapan dari bahasa Belanda in het hooi (di kandang kuda). Indehoy  biasa digunakan sebagai ungkapan ketika sepasang sejoli sedang bermesraan.
Indie Hoi, sepintas terdengar ringan, tak jauh beda dengan asoy (asyik). Indie Hoi seakan mewakili karya- karya visual yang main-main, bebas dari isu-isu besar seperti krtik sosial, politik atau gender. Tapi, bila melihat karya karya dari ke empat belas perupa ini, kenyataanya tidak seperti itu. Tidak sedikit dari karya-karya mereka yang merepresentasikan isu-isu besar yang saya sebutkan tadi. Masalah-masalah sosial, bahkan politik cukup banyak mereka pilih sebagai sesuatu yang menarik untuk dijadikan sebagai ide penciptaan, di samping karya-karya yang bergulat dengan persoalan-persoalan yang bersifat personal. Tidak saya temukan karya yang ‘bermain-main’ dengan bentuk dan material dari mereka.
Bila melihat dari apa yang mereka suguhkan pada pameran ini, sapaan perkenalan mereka bisa saya simpulkan sebagai perkenalan individu-individu Koper-K. Belum ada ideologi sebagai identitas kelompok yang coba mereka perkenalkan pada publik yang akan mengapresiasi karya- karya mereka, tak beda dengan banyak kelompok-kelompok perupa yang bermunculan satu dasawarsa terakhir lainya, baik di Jogja maupun Solo.
Perjalanan Koper-K ke depan masih sangatlah panjang, seharusnya. Mengingat individu-individu kelompok ini banyak yang masih terhitung baru dalam berproses kesenirupaan, baik di lingkungan kampusnya maupun sebagai praktisi di dunia seni rupa, walaupun ada di antara mereka yang telah lebih matang sebagai perupa yang eksis di kota Solo. Masih banyak kesempatan untuk berproses dan berbenah diri membangun Koper-K yang nantinya harus mempunyai ideologi kelompok yang kuat, yang bisa membedakan mereka dengan kelompok-kelompok perupa lainya. Sebagai proses awal saya dapat melihat bagaimana mereka  mampu menghilangkan hirarki senior-yunior, mereka coba membangun dialektika, dengan saling memberi kritik satu sama lainya.
Keuntungan Koper- K saat ini, menurut saya mirip dengan Taring Padi, sebuah lembaga kebudayaan yang digagas oleh alumni dan mahasiswa ISI Yogyakarta belasan tahun yang lalu. Kala itu Taring Padi juga menempati situs bekas kampus FSR yang belum jelas akan dipergunakan untuk apa. Tempat berproses keseni rupaan yang sama, mengakibatkan intensitas pertemuan yang kerap, pada akahirnya akan menguatkan ideologi kelompok, juga terjadinya proses saling meng-influens satu sama lain. Proses saling meng-influens tentu ada baik dan ada buruknya. Tapi setidaknya ada proses saling berbagi pengetahuan, baik dalam wacana maupun hal yang berkaitan dengan artistik. Hal seperti itulah yang saya harapkan dari Koper-K ke depan.
 Semoga apa yang mereka mulai ini tidak lantas menguap bila nantinya terbentur persoalan tempat berproses, karena kita tahu suatu saat situs bekas kampus itu akan kembali dipergunakan oleh institusinya, saya yakin seharusnya idelogi tak akan pernah mati hanya karena persoalan tempat, ideologi harus tetap hidup walau harus KOPROL SAMBIL  BILANG WOW....
Selamat berpameran, tetap semangat dan terus berkarya....... INDIE HOI !! :-)

 Akhir Kata, Thank's untuk semua yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam acara Pameran Seni Rupa Perdana Kelompok Perupa Kepatihan (KOPER-K), selamat berindie hoi ria..... salam manies buat mba Nana Tedja and Family.....




Mba Nana Tedja and My


Nb.
Katalogus Digital Pameran Seni Rupa KOPER-K "INDIE HOI" dapat di unduh di bawah ini:
Unduh