Senin, 07 Juli 2014

Kumpulan Puisi 2006 - 2009

Kumpulan Puisi 2006
Buah Karya: Sonny Hendrawan


Waktu Itu Bernyawa

Mungkin aku merasa dibodohi
Oleh tingkah laku yang tak tentu
Marah merajai hawa tubuhku
Seakan-akan aku dianggap bahan pergunjingan dari mulut-mulut omprengan

                                Ingin rasanya kubungkam perkataan mereka,
                                Dengan sisa-sisa kotoranku
                                Menyesal, itulah yang terasa
                                Pada diriku saat ini

Aku tak ingin mengikuti iming-iming goblok
Yang hanya membuang nyawa
Waktu berarti…..
Walau terbuang lima detik





Evolusi Hidup

Berubah menjadi yang tak nyata,
Itu memang takdir
Yang tidak dapat dirubah dari agenda
Semuapun akan ikut tercatat dalam jadwalnya

                                Jangan sia-siakan…..
                                Hidup itu bukan mainan yang mudah
                                Kita tinggal menghitung dengan jari
                                1,2,3,4,5,…dst, hingga di ujung rumah masa depan


Hai, Hidup Where Are You?

Kucari terus apa arti hidup
Istilah bilang “hidup butuh teman”
Namun untuk apa parasit yang malah menjulur merusak jiwa
Memang begitulah realita life style satu ditindas, yang menggilas berkuasa

                                Aku bukan berarti mengalah
                                Disini aku menemukan hidup anyar
                                Bebas…bebas…bebas…sebutkan kata itu sebanyak tiga kali
                                Mudah kutemukan sekarang arti kata “hidup” senyatanya

Yang Tak Kunjung Tiba

Yogya, pukul 4 lebih 27 detik tepatnya di Stasiun
Aku menunggu kehadirannya,
sudah berjam-jam aku duduk
Bahkan tertidur disebuah kursi panjang terbuat dari kayu dan besi

                                Bunyi peluit panjang dari pria berbaju biru
                                Aku tersentak kaget…..
                                Kukira “dia” yang dating
                                Ternyata itu dari sebagian temannya


Penasaran Hadir

Bergeliat mengikuti arah angin,
Ada tak bisa di senggam
Plin-plan mungkin motifnya
Walau demikian dia jujur

                                Kadang dia sulit dimengerti
                                Rasa mengorek kedalamannya ingin kucoba
                                Tapi ingat jangan coba-coba
                                Untuk memasukan roh Dajjal kedalamnya

Ruang Rasa Yang Tersembunyi

Dimensi sesempit ini, tetap aku belum dapat temukan celah untuk berlindung
Rasa belum menemukan aromanya
Sang ratu yang masih lama dalam sarangnya
Kemana engkau akan melaju sekarang?

                                Dimana dapat kutemukan mahkotamu yang maha suci?
                                Mungkin suatu saat
                                Akan kutemukan
                                Hadirnya engkau

(-) (+) “puas”

Tak stabil ketika emosi memuncak
Terpacu terus untuk mengais ambigu
Rasa kurang puas akibatkan semua ini
Ingin semaksimal mungkin kuraih dalam detakan waktu

                                Sudah kumakan banyak sisa, namun rasanya kurang
                                Melebihi kepuasan yang diinginkan
                                Satu cara yang membuat diri bangkit dari keminiman
                                Selalu puaskan hati dengan menurut kata khayalmu


Mouthah

Bukan hanya “tahi” saja yang bau,…..
Ternyata mulutpun bisa lebih dari kotoran
Ta…..
Ti……
Tu…..
Tahi memang tahi, bagaimana aromanya ya bau
Kotoran kalah basi dengan mulut
Satu mulut seribu tahi
Makin banyak, makin menyebar



WOW

Wanita oh wanita
Apa yang menjadi teka-teki di balik kemolekan seorang wanita?
Mengapa selalu terangan-angan untuk menuju wanita?
Apakah karena keindahan susunya, ataukah lubang suci yang dicari?

                                Aku hanya tertarik oleh kehidupan seorang wanita,terutama geliat wanita malam
                                Sosok itu yang sedang kucari, dikaryaku akan penuh dengan hujatan wanita
Aku juga terinspirasi oleh adanya sifat buruk manusia
Aku akan mencoba untuk menyelami semua itu
Lu La Lu Lis

Kulintasi jalan liku tak menentu
Tak tahu arah yang kucapai
Rasanya tak dapat kugapai yang ingin disampaikan
Rasa tersebut akan sampai pada waktu yang berdetak sekeras jantungku

                                Lalu…lala…lali…..
                                Lalulali…..
                                Aku sampai lupa
                                Apa yang akan kutulis


Ternyata! Mimpi

Kulukis engkau dengan cat darah
Bercampur keringat rasa
Bau asli tubuhmu terasa
Hingga mengilusi dibenak batin

                                Entah apa yang mengacu pada otaku
                                Hingga tega ku keluarkan benih perjaka ke selaput suci
                                Tapi, setelah kupikir sejenak kulebarkan kelopak cahaya mataku
                                Ternyata semuanya mimpi tak tersampaikan

Teriakan Gersang

Ramai serasa sendiri
Ampang tak ada kicauan
Tak ada gerak-gerik yang menyemangati hidup
Si “aku” sudah tak tahan rasanya

                                Ingin kutinggalkan negri pelompong ini
                                Di sini “aku” bisa mongering
                                Mungkin “aku” butuh meditasi
                                Tak ada yang bisa diajak mengerti akan keadaan “aku”

Mungkin suatu saat
Kutinggalkan sejenak
Bahkan selamanya…..
Kulupakan…..


Malam Spontanitas

Tangan kecil menggelitik kea rah puncakku
Tetapi,…selanjutnya…..
Kusela, tangan sekecil pentol
Berubah menjadi cakaran garang

Sejatinya Aku

Gadis molek, dengan dialek jawa bertutur padaku
Katanya, dia eks lonte…..
Tersentak!!! Hati pilu mendengar saat dia sebut “aku ini bajingan”
Demi segelincir lembaran yang menggiurkan
Dia barter dengan surganya…..
Oh…Betapa memilukan mendengarnya
Seakan-akan sudah penuh dengan imingan “Rp”
Mau jadi apa nantinya?
Ya Lonte…..

Lahir Perjanjian Desember

Hadir tiga sosok terlihat hangat
Si molek menatap dua lelaki siap tempur,
Ketika satu pria memiliki egois tinggi
Kotak hidup terasa ramai
                                Entah apa yang diperdebatkan
                                Burung satu berteriak tiga
                                Burung dua berbicara double
Titik temu tak terjadi
Muncul dari benak hitam sebuah perjanjian
15 jari jadi satu, dan diakhiri kata…”setuju”
Inikah namanya tantangan?
Kumpulan Puisi 2007
Buah Karya: Sonny Hendrawan


Coba Bicara Dengan Batin

Titik…titik…titik…..
Kejenuhan…jenuh…..
Rasaku hampir tak semanis dahulu
Hambar, tak berasa, rasanya ingin kulalui dengan sia-sia

                                Hanya itu dan itu saja yang dijamu setiap hari
                                Apakah bisa ganti menuku setiap hari?
                                Jalani dulu kehidupan ini
                                Pilih terbaik yang kamu cita-citakan

Ah…gombal, cita-cita apa yang sekarang kupikirkan?
Yang ada saat ini adalah pikiran mau meledak
Dan jenuh…..
Yang melebur





3 M (Melihat, Mendengar, Merasakan)

Ku buka lembaran di awal 2007
Dengan motivasi bangkit membawa nama gelegar
Ingin kusampaikan aspirasi ini
Pada manusia bertelinga, bermata dan berhati

Nol

Kembali ke-Nol
Saat bulan 2 menyapa diriku
Hampir kuhabiskan nyawa dari setengahnya
Ingin kurubah jasad ini dengan sinar kesucian
Hilangkan sifat najis yang menjamur diraga ini

Ro Na

Aku terbawa oleh rasa iba yang berlebihan
Sehingga aku berani berbuat yang lebih dari kemampuanku
Tak kurasa inilah arti sayang akan dirimu
Dahulu kau yang begitu sebal bagiku, sekilas tampak memelas di benakku
Mungkin aku jahat, karena telah menyakiti si pria itu
Tapi aku berbuat ini demi kebaikan “N”
Selama ini hanya berperan
Sebagai pemuas sesaat
Momok Dari Griya

Pergi dari satu, kedua lompat ketiga
Lalu tiba di sebuah tempat dimana tenaga metafisika menyelimuti dinding
Sugesti orang menjadi bimbang dibuatnya
Hanya sekelompok kecil yang berani menembus selaput lelembut alam dogma

Melihat Yang Tak Terlihat Kembali

Melihat bulan setelah turun air langit
Bulat penuh berisi
Dikala malam lurus pas 12
Kesepian hening diubah dengan obrolan yang terbata-bata
                                Aku duduk di samping becak rantaian layangnya dipasung
                                Kulihat sahabat bergelut tangan dengan roti berisi
                                Maklumlah, dia menawarkan aroma roti legit di pojok trotoar
Dengan gerobak kuning manja dan neon panjang
Yah…..
Kunikmati pagi ini
Untuk mempesonakan hati





Naskah Yang Tidak Dimengerti

Drama yang belum habis terkuak semua
Tentang diri dan menyelami arti ini
Kisah dalam kehidupan
Yang semuanya belum menunjukkan prosesinya

                                Dimana peran belum sepenuhnya
                                Mengerti apa yang akan dimainkan
                                Sosok yang belum menunjukkan
                                Eksistensinya dalam persandiwaraan

Tapak yang belum jelas dengan identitasnya
Suara yang tak pernah terdengar gaungnya
Subjek yang belum mengerti penempatannya
Wayang dalam cerita yang belum jelas apa cerita dan siapa dalangnya

                                Fungsi yang tak menentu untuk digunakan
                                Semua yang masih belum terbaca sampai menjadi teka-teki
                                Apa ini yang disebut realitas?

Coba saya bertanya, pada orang-orang yang katanya realita
Hidup sudah dijalaninya bahkan yang tua sekalipun
Ngoh…itu pasti yang ada dalam mimik orang-orang itu
Tanyakan pada orang yang sudah melebur bersama alam
Kumpulan Puisi 2008
Buah Karya: Sonny Hendrawan

Yang Telah Berada

Dulu aku sering bercanda gurau
Merasakan keceriaan bersama yang kita alami
Kamu mungkin bukan siapa-siapa
Tetapi mengapa hati ini terasa perih, pedih atas ketiadaanmu
Sebelum kau pamit
Kau tersenyum padaku
Seakan kau hendak pergi jauh
Wajahmu bersinar secantik bulan
Hanya ini yang bisa aku berikan
Dan doa yang akan menghantarkanmu kembali
Dengan tenang, terima kasih telah kau temani bersama
Selamat tinggal, tak akan kulupakan engkau sampai selamanya
Aku yakin kau masih belum jauh
Diantara kita, aku masih belum percaya
Kau telah meninggalkan begitu cepat
Aku kehilangan suaramu
Kenanganmu selalu hadir menyertai langkahku
Kau bagian dari hidup ini
Mengapa begitu cepat untuk berlalu

Syair-syair Alam

Kabut menemaniku saat terlelap dihamparan batu
Begitu dekat aku dengan rimbunan hijau dan gemericik air yang deras
Aku memandang luas ke bentang khatulistiwa
Kokoh kecil dapat terpandang oleh mataku

                Hanyut terasa aku dibuatnya
                Menggoda untuk dirasakan alaminya
                Entah rasa senang atau lelah
                Semuanya tak pernah kuhiraukan, untuk mencapai pundakmu

Sahabat menemaniku dari lika-liku jalan yang dibuatnya
Aku merasa ingin menyatu dengan godaannya
Dalam hati ingin kubawa engkau ketempatku yang bising
Sayang, hanya beberapa saja yang mau memalingkan matanya untukmu

Jelas dalam mata,
Kau sungguh indah nan rupawan
Kau tak kan kuhilangkan
Dalam dimensiku




Bahasa Basi Untuk Basa-Basi

Terucap kata untuk bicara yang melantur
Arah pembicaraan sudah jauh dari pokoknya
Keringat mengucur, tubuh gemetar
Bahasa tubuh mulai menguak bahasa
Mulut tidak ada yang bisa mengatur
Otak pun sudah campur aduk
Pengendalian diri serasa robot bodoh
Komat-kamit…komat…kamit…amit-amit
Sepatah kata mulai dilontarkan
Baunya minta ampun untuk diterima
Busuk…penuh kebusukan dalam suara
Sekilas sampah terlihat saat berucap
Dimana logika akan terpakai
Ketika cacian terus menghampiri
Tanpa isi sekedar isi
Basi jadi basi
Bingung rasa jadi bubrah
Ketika…ketika…..
Terlalu banyak basa-basi
Terbuang dalam sebuah kotoran



Kumpulan Puisi 2009
Buah Karya: Sonny Hendrawan

Suara Dari Hati Yang Merdeka

Ahh…menyesal…tak ada hentinya terkoyak
Galau, rasa kejujuran terbungkam
Belenggu bagi tonggak jiwa
Melawan dalam amarah dan cinta
Merobek keluar tak berdaya
Degub keras melanda jantung
Untuk dengarkan aspirasi bawah
Melihat sisi di balik layar
Perih tersayat pilu
Rongga semakin terbuka
Berani dalam mengucap kata
Positif mendominasi arah
Menjadikan sosok jihadility







Biodata Belum Lengkap

Memang semua tak bisa dimengerti
Apalagi dipercaya, ketika sesuatu hal yang terlihat buta dan dangkal
Kesaksian terdiam membaca langkah
Mencari baying-bayang yang bisa diajak bicara

                Pertemuan awal membawa sekedar kenal
                Memahami sosok butuh perjuangan mendalami raga
                Di baliknya ada jiwa terkurung yang sulit di ungkap

Serba sulit ketika tubuh terkoyak
Terpontang-panting oleh keadaan
Penghibur lara sebagai batas senyuman pahit cerita, lalu jadi pemikiran baru
Muncul mengerti akan sisinya

                Menjadi lelah tak terkuatkan mencurahkan imajinasi
                Diam, termenung, diresapi rasa kesedihan
                Mengapa harus menjadi diri

Ini bukanlah penyesalan
Ini jalan awal menuju kelayakan hidup
Belajar menjadi Satu
Melebur bersama kekuasaan dan Illahi
               
Tak Ada Alpha

Datang menderu bagai ombak memecah gelanggang
Menyambut penemuan baru untuk disuarakan
Gelegar pada ciptaan-NYA
Merangkul luas apa yang dipandang

                                Kemampuan dibuat tak sekuat ledakkan gunung
                                Melelehkan di dekat tepi ketiaknya
                                Namun kekuatan ini menapakan pada sedikit kenangan dunia
                                Meski semua ditumpahkan sampai menggerus tubuh

Langkah senyap pertama yang diperoleh
Semakin meluap
Perlahan jadi kikisan
Yang mengukir didunia waktu

                                Tak ada yang perlu disesali
                                Ketika itu belum menjalani
                                Terus…Terus…Gerus…..

                                Apa yang ada di balik pori-pori kecil