Selasa, 07 Februari 2012

INTENSITAS DAN EKSISTENSI MADE DJIRNA

Catatan Perjalanan Study Tour di Bali


     Study tour yang dilakukan mahasiswa dan dosen seni murni ISI Surakarta pada tanggal 26-29 Mei 2011, ternyata banyak membawa catatan tersendiri terutama dalam hal bekal berkesenian yang diperoleh dari beberapa seniman Indonesia yang kami kunjungi di sana. Nama Made Djirna, mungkin sudah tidak asing lagi bagi lingkup dunia seni rupa. Beliau merupakan salah satu seniman Indonesia, yang masih inten dan eksis dalam percaturan dunia seni rupa saat ini. Bapak Made Djirna secara kebetulan merupakan teman satu angkatan tahun 1978dengan Bapak I Gusti Nengah Nurata sewaktu dibangku kuliah STSRI-ASRI Yogyakarta.Beliau sangat mengenal dekat Bapak I Gusti Nengah Nurata, dengan kedekatan mereka sempat terbentuk dalam satu komunitas Kwartet dan tergabung juga dalam Sanggar Dewata Indonesia.
     Tanggal, 27 Mei 2011, tepatnya sehabis mengunjungi Museum Don Antonio Blanco di Ubud, kami langsung menuju ke lokasi kediaman Made Djirna. Kami bertemu langsung dengan beliau dan menyempatkan diri untuk mengulas pengalaman perjalanan berkeseniannya. Seorang Made Djirna bukan hanya sebagai perupa saja, tetapi beliau juga melakukan hal yang kaitannya dengan berkesenian lainnya seperti performance art, teater,dll. Menyimak dari pemaparan Made Djirna tentang masalah berkesenian, dapat dipetik beberapa hal yang perlu dicatat dan diserap oleh kami. Menurut beliau “ masalah berkesenian tidak ada perbandingan yang lebih tua maupun muda. Semuanya sama-sama menggali dan masih banyak belajar mencari apa dari inti berkesenian yang hakiki.
     Hal ini ternyata tidaklah jauh dari apa yang disampaikan Bapak I Gusti Nengah Nurata sebagai praktisi seni rupa dan pengampu mata kuliah lukis di seni murni ISI Surakarta. Bapak Made Djirna juga menyampaikan beberapa hal tentang pengalaman pribadi. Setiap orang harus bisa menjadi dirinya sendiri dan mampu serta berani memanage diri, jangan menjadi orang lain. Orang lain disekitar kita tak lebih halnya menjadi sparhing partners untuk melengkapi perjalanan yang dilalui. Namun hal tersebut juga harus seimbang agar tetap terjaga keharmonisan.
     Menanggapi perkembangan karya-karya seni rupa kontemporer saat ini yang sedang menjadi booming. Made Djirna tetap menjadi seorang Made Djirna, bukan lainnya. Dengan tegas beliau mengatakan “Saya tidak latah, dengan apa yang disebut tren, karena saya memahami betul rasa orang berbeda-beda. Berkaitan dengan rasa bukan hanya kecerdasan otak saja yang digunakan, akan tetapi kepekaan batin terdalam dari diri kita”. Beliau menjadi percaya diri, karena memahami apa arti intensitas dan eksistensi berkesenian yang sebenarnya.
Dengan keterbatasan waktu, maka obrolan berkesenian bersama Bapak Made Djirna kami akhiri. Alhasil kami mendapatkan beberapa hal yang patut dipetik dari pengalaman beliau sebagai orang yang mengerti dan mendalami arti berkesenian.

Dokumentasi kenang-kenangan bersama Made Djirna



IMAGINER, Eksperimen Dalam Kesatuan Warna


Warna merupakan suatu bahasa yang disembunyikan. Pertama, Warna bisa mewakili usia tertentu, misal saja warna-warna remaja yang cenderung bernuansa cerah dan memiliki saturasi tinggi, sebaliknya warna yang mewakili usia dewasa cenderung lebih gelap dan memiliki saturasi rendah. Kedua, warna bisa mewakili suasana hati misalnya orang yang berduka seringkali memakai pakaian dan kerudung hitam, sedangkan orang yang sedang bersukacita cenderung memakai pakaian bercorak putih atau warna-warna cerah seperti pink, kuning, oranye. Ketiga, Warna bisa menunjukkan kepribadian, warna selalu dikaitkan dengan kepribadian. Dari beberapa contoh di atas maka tentunya dapat disimpulkan kalau warna bukan hanya berkaitan dengan estetika saja, tetapi melaui warna manusia juga mencoba untuk mengkomunikasikan sesuatu. Setiap warna dapat menimbulkan suatu persepsi tertentu. Bahkan apabila dikombinasikan dengan atribut lain warna bukan hanya menimbulkan persepsi dan citra tertentu, warna akan akan semakin menguatkan suatu “symbol” tertentu seperti keagungan, kematian, kehidupan dan lain-lain. Sifat ambigu dari warna, karena satu warna bisa mempunyai banyak sekali arti.
Ada beberapa hal yang membuat warna sulit didefinisikan karena sifat warna yang komplek. Pertama, eksistensi warna. Jumlah warna sebenarnya tidak terbatas karena setiap warna bisa dicampur dan memiliki saturasi dan value yang berbeda. Oeh karena itu perlu kita batasi yang dimaksud warna disini adalah warna “awam”, sifat ambigu dari warna. Ambigu disini adalah sifat multi tafsir dari warna. sifat warna yang arbitrer. artinya warna semata-mata bersifat konfensi dan sewenang-wenang tanpa ada penjelasan ilmiah dan subtansial definisi warna yang spekulatif. Karena definisi warna seringkali tidak memiliki pertanggung jawaban ilmiah, maka seringkali kita mendefinisikan secara spekulatif sesuai dengan feeling yang kita rasakan ketika melihat warna tersebut. dinamis sifat warna yang sesuai dengan kultur, waktu dan tempat.
Warna telah diasosiasikan pada suatu benda tertentu. Asosiasi disini adalah warna diidentikan pada benda tertentu. Misalnya warna kuning pada matahari. Oleh karena itu warna kuning bisa diartikan kehangatan, kepercayaan diri, keindahan, keangkuhan dll. Sifat arbriter yang terlalu kuat dan sejak lama melekat dalam masyarakat dapat membuat definisi warna menjadi “seakan-akan” ilmiah. Karena dulu warna merah berarti/diartikan berani dan putih berarti suci, maka demikianlah jadinya. Karena masyarakat tidak bisa menemukan kajian untuk mendukung maupun menolak definisi tersebut. 
Karya Eksperimen Kreatif yang saya buat kali ini mencoba bereksperimen dengan warna, baik warna primer, sekunder, tersier, quarteneri, dan memperhatikan side dan tine. Saya mencoba mengolah nya kedalam bentuk – bentuk yang dapat mengesensikan pada optik. Proses ini dimulai dari pemilihan warna yang akan diterapkan dan bentuk optik apa yang akan saya tampilkan. Karya yang saya buat berfungsi untuk mengerti sejauh mana psikologis kita, ketika dihadapkan dengan warna dan figur – figur majemuk yang statis. Karya ini membuka alam bawah sadar bagi yang melihat dan membuka cakra warna yang terdapat dalam tubuh kita, sehingga apa yang dilihat dari karya ini muncul dalam persepsi masing – masing personal ( audience) yang berbeda.

Proses Mencampur Warna
HAMBATAN
  1. Secara alami proses eksperimen yang dilakukan di tempat terbuka (outdor) harus melihat kondisi dan cuaca. 
  2. Besarnya prosentase bara api saat terjadinya proses pewarnaan pada eksperimen, tidak dapat diperkirakan kekuatannya.
  3. Dalam proses pewarnaan, 40% kemungkinan warna menyatu dengan ban yang sudah dibakar karena sifat ban sendiri yang elastis dan pori – pori yang kecil untuk dimasuki celah warna.
  4. Ketika pemberian soda api, tidak dapat memperhitungkan efek yang terjadi.










               ANALISIS KARYA
  • Kelebihan dari karya eksperimen yang dibuat dalam proses alami dan proses pemberian warna, akan terbentuk dengan tersendirinya.
  • Warna – warna yang muncul akan muncul dengan tekstur alami yang dibuat dalam proses bara api.
  • Kekurangan dalam karya eksperimen memperhitungkan daya tahan dan rekat warna.
  • Warna dalam eksperimen ini akan tumpang tindih dan saling mendominasi.







WELCOME TO SONNY HENDRAWAN: sebuah rujukan: STUCKISME

WELCOME TO SONNY HENDRAWAN: sebuah rujukan: STUCKISME

WELCOME TO SONNY HENDRAWAN: Human Error System

WELCOME TO SONNY HENDRAWAN: Human Error System

Seni Rupa Untuk Masyarakat




Dokumentasi susana pameran seni rupa sisi lain di galeri Mosongo ISI Surakarta
Perkembangan seni rupa di Indonesia selalu menjadi bahan persoalan yang diperdebatkan oleh banyak pihak, baik oleh pengamat seni, kritikus, dan kurator. Masalah yang muncul dalam perkembangan seni rupa saat ini adalah permasalah peran atau kepentingan seni itu sendiri di masyarakat, tujuan seni rupa awalnya untuk diapresiasi oleh publik, namun kenyataannya seni rupa yang berkembang sudah melebar bukan hanya untuk di apresiasi saja, melainkan untuk kepentingan managamen untuk diperjual belikan sebagai kebutuhan sekunder bagi masyarakat kalangan atas. 

Dok. PKL siswa SMA, workshop seni lukis di ruang terbuka
Seni rupa digunakan sebagai bahan apresiasi kepada masyarakat luas, dan memberikan pendidikan kepada masyarakat luas akan keberadaan seni lukis. Seniman pada umumnya mengatakan bahwa seni merupakan media ekspresi yang muncul dari benak seniman itu sendiri dan untuk diapresisi agar masyarakat mengerti apa yang akan diungkapkan dari seniman tersebut, namun keberadaannya berbeda saat ini karya seni yang dianggap murni sekarang berpindah kedudukannya sebagai pelengkap dinding atau interior, ketika persoalan tersebut muncul seni lukis menjadi bahan diskusi yang melebar, seni lukis tetap murni muncul dari benak seniman itu sendiri, namun cara yang digunakan sekarang ini yang berbeda, seniman lebih mengutamakan kwalitas visualnya daripada kedalaman konsep untuk dipamerkan digaleri yang komersial sifatnya, hal ini tidak dapat menyalahkan setiap individu seniman tersebut, karena untuk memenuhi seniman itu sendiri.
 Galeri komersial tersebut menawarkan produknya (karya seni rupa) untuk dijual pada kolektor yang sifatnya menjual pula, sehingga apabila lukisan tersebut laku terjual dan berpindah tangan dari seniman ke kolektor melalui managemen galeri yang dilakukan seorang kurator, ketika lukisan tersebut berpindah tangan berarti seniman sudah tidak bersangkutan dengan lukisannya. Ketika problem yang muncul karya seni rupa yang murni dijadikan sebagai penghias interior, seniman tidak dapat mengelaknya oleh kondisi yang memang gencar saat ini. Sebagai penghias interior bukan berarti tidak diapresiasi, ketika seorang pengamat (Audience) mengamati lukisan yang terpasang di loby, atau Ruang tamu Audience akan merasakan terbawa oleh karya seni rupa tersebut, sehingga kadang pengaruh dari seni rupa itu sendiri membawa dampak psikologi pada individu yang mengamati.
Perkembangan seni rupa semakin merambah kepihak investor untuk diperjualbelikan sebagai lahan investasi yang cukup menguntungkan, seniman tidak dapat terlepas dari permasalahan ini, ketika seniman sudah mengenal galeri maka yang terjadi adalah permainan pasar yang menjanjikan untuk kehidupan seniman. Jika hal ini terjadi seni rupa yang awalnya bertujuan sebagai media ekspresi personal menjadi sebuah karya siap jual melalui pemasaran lewat galeri yang tidak terlepas dari investor seni.
Dalam perkembangan seni rupa di Indonesia sekarang ini perubahan yang paling menonjol dalam permasalahan adalah adanya pergeseran kedudukan seni rupa itu sendiri yang sekarang cenderung mengarah pada produk masal. Dalam kenyataannya ini berbeda dengan kedudukan seni lukis masa lalu, seni lukis benar – benar menjadi media ekspresi seniman. Dalam buku Filsafat Hegel dikatakan bahwa ”Kehidupan alam semesta merupakan proses realisasi dari ide absolut. Ide absolut hanya dapat menemukan realisasinya yang sempurna dalam keseluruhan ruang dan keseluruhan arah keberadaan alam semesta; ide absolut tidak akan menemukan realisasinya yang sempurna dalam satu objek yang manapun, dan apa pun, yang dibatasi ruang dan waktu. Selagi dalam perwujudan, ide absolut itu terbagi dalam serangkaian ide – ide tertentu; dan setiap ide tertentu, pada gilirannya hanya dapat menemukan realisasinya yang sempurna dalam objek – objek yang tak terhingga jumlahnya, atau keberadaan –keberadaan yang dicakupnya; ia tidak pernah direalisasikan secara sempurna dalam satu keberadaan terpisah.” dalam kenyataannya ruang dan waktu yang dikatakan Hegel terbukti dalam ruang yang berbeda dan waktu yang berbeda kedudukan seni lukis pun sudah bergeser dari anggapan semula yang dianggap sebagai ekspresi person sekarang bergeser menjadi ekspresi yang diinginkan pasar (karya seni rupa yang sifatnya menjual mengikuti perkembangan yang saat ini berada).

Dok. Diskusi kekaryaan di green house book cafe, Surakarta
Berbica tentang masyarakat luas seni rupa memang untuk diperkenalkan dan diapresiasi kepada publik, agar mendapatkan respon dari yang diharapkan pelukis tersebut, tetapi pada kenyataannya seniman tidak berhenti melangkah begitu saja, ide muncul dari seniman dan muncul berbagai tindakan bagaimana karya rupa tersebut selain diapresiasi juga laku terjual baik dikoleksi olek kolektor pribadi maupun kolektor yang sifatnya menjual sebagai investasi. Pandangan ini memang cukup riskan mengenai keberadaan seni rupa sendiri, seni rupa tidak terlalu jauh dari barang produk masal yang siapapun berhak memilikinya, ini semua dipengaruhi kondisi seni lukis di Indonesia yang literaturnya kacau dan kondisi bangsa Indonesia sendiri yang tidak prihatin terhadap keberadaan seni lukis yang merupakan aset negara dalam bidang budaya. Tetapi pandangan tersebut juga tidak terlepas dari peran kolektor yang masih berpegang teguh untuk mengoleksi karya seni rupa dari seniman untuk aset negara. Banyak kolektor sakarang ini menjadikan seni lukis sebagai investasi sendiri, dengan mempermainkan harga jual karya seni dan melelangnya kepada kolektor lainya, yang cenderung kolektor asing, sehingga dapat terjual mahal. contoh: hal ini yang menyebabkan pelukis menjadi terkenal dan selalu diburu oleh kolektor yang sifatnya menjual. Jadi seorang pelukis terkenal bukan dari sebuah penemuan jati dirinya dan intesnya dia mengikuti event nasional maupun internasional, tetapi berkat kolektor yang menjual karya lukis senimannya, pengalaman hidup dan pengembaraan diri saat ini sudah bukan menjadi ideal seorang seniman terkenal namun sebuah keberuntungan yang menghampiri sosok seniman terkenal.
Sekarang ini banyak galeri komersil dibangun untuk memfasilitasi perupa untuk menjadi terkenal dan karyanya laku terjual mahal, kurator banyak bermunculan untuk mencari pemasukan dari penjualan setiap karya seni rupa. Perupa muda banyak berlomba – lomba untuk memajang karya, agar dapat terjual mahal dan dikenal. Gejala ini menunjukan pergeseran nilai seni rupa sebagai seni rupa murni. Banyak bermunculan event yang diselenggarakan oleh pihak galeri bekerjasama dengan kurator, dan kritikus untuk meraih keuntungan dalam penjualan karya seni lukis.
Pengambilan sikap seniman di era sekarang ini kita harus memiliki daya intelektual yang tinggi untuk bersaing dengan lainnya. Persaingan dibidang seni semakin melebar ketika banyak seniman muda unjuk kebolehan, dan peran serta dari pameran seni rupa yang tarafnya bergengsi. Menatap masa depan bukan sekedar mempertahankan ego serta individualistis, akan tetapi kita mengikuti perkembangan yang ada, bukan berarti kita mengikuti pasar seni yang diciptakan oleh para investor seni demi sebuah keuntungan yang ada. Seniman memang ditekan oleh keadaan yang sudah tidak terkendali, akan tetapi bagaimana kita mengambil langkah pintar untuk tetap eksis dalam kesenian.

MASUKNYA SENI RUPA KE DUNIA PENDIDIKAN
 
Dok. suasana pameran pendidikan seni rupa di kamus ISI Surakarta
Pendidikan seni rupa yang diterapkan disetiap Institusi yang ada di Indonesia sebaiknya dibawa kearah pendidikan benar dan tidak terlepas dari permasalahan seni lukis terutama arahan seni lukis agar memunculkan karakteristik setiap individu yang berbeda dari segi latar belakang dan lingkungan masing – masing yang dibentuk dari sejak seseorang dilahirkan.
Pendidikan yang benar berarti apa yang diterapkan sebagai ilmu berguna untuk menciptakan seniman (pelukis) yang memiliki intelektualitas dan pengembangan dalam bidang seni. Pendidikan yang efisien di bidang seni rupa seharusnya tidak terlepas dari materi kesenirupaan, dalam hal ini sebuah institusi seni tidak dapat memaksakan kepada personalitas untuk mengikuti tujuan institusi, walaupun setiap institusi memiliki visi dan misi, tetapi dalam visi dan misi tidak mempermasalahkan segi arahan yang dituju untuk diarahkan kemana. Hal seperti ini terkesan akan memaksakan setiap seniman untuk bebas berkreasi (dikebiri). Seni rupa sendiri merupakan ilmu murni yang sulit untuk diungkapkan oleh semua kalangan masyarakat, karena seni rupa muncul dan ada ketika seniman tersebut merenungkan dan menghayati bentuk – bentuk yang ada disekitar mereka dengan gaya (teknis lukis) yang berbeda (bentuk yang berbeda sesuai dengan karakteristik masing – masing).
Pendidikan seni rupa kebanyakan diarahkan hanya pada satu pusat saja, tidak menyeluruh. Hal ini akan menghambat jalannya ide yang ada, serta pengalaman – pengalaman yang ada, dari pengalaman – pengalaman itu karakteristik kita akan muncul keasliannya. Dari setiap permasalahan yang muncul didalam diri kita, itu merupakan sumber ide dan kretifitas untuk menciptakannya. Bentuk yang berbeda di setiap karya seni itu terbentuk dari sebuah perenungan kita, agar memunculkan karakter dan sifat kita sebagai manusia.