Sabtu, 06 Februari 2016

REVIEW: Tokyo International Mini-Print Trienniale 2015

Perjalanan Berkesenian ke Negeri Matahari Terbit 

Memperingati 80 Tahun acara Tokyo International Mini-Print Trienniale, kebetulan saya lolos sebagai delegasi dari Indonesia, untuk mewakili dan dapat hadir meninjau lokasi secara langsung pada acara ini. Dalam peninjauan kali ini, saya mendapatkan pengalaman yang sangat berharga dapat menikmati secara langsung karya-karya Print dari  324 Seniman Grafis dari belahan Dunia.

Doc.Pamflet Acara  Tokyo International Mini-Print Trienniale 2015
yang diselenggarakan pada 26 Sept - 8 Nov 2015 di Tama Art Center Gallery, Tokyo, Japan
Spesifikasi konsep acara kali ini adalah mengusung tema “The Future of Contemporary Printmaking, berikut dengan karya seni grafis yang di pamerkan oleh para perupa yang berpartisipasi cenderung pada pengembangan seni grafis dari technical yang sudah ada atau teknis yang umumnya dikembangkan dalam teknik seni grafis. Pameran seni grafis yang melibatkan 324 peserta dari seluruh Negara menghadirkan karya seni grafis dengan berbagai macam teknik baik teknik tradisional pada umumnya seperti: 
Wood Engraving, Intaglio Printing, Dry Point, Mezzotint, Etching, dan Aquatint. Hingga teknik pengembangan seperti: Woodcut Lithograph, Serigraphy, Collagraph, Linocut, Digital Print dan Mixed Media.

Doc. Saya dan salah satu kurator  Tokyo International Mini-Print Trienniale 201,  Mr. Ohyaa Matsaki
Secara spesifikasi pembagian teknik grafis karya seni grafis yang saya tampilkan dalam event Tokyo International Mini-Print Triennial 2015, tergolong dalam teknik Mix Media. Pengembangan dari berbagai teknik Woodcut, Litography, Dry Point, Stencil dan Hand Colouring.
Doc. Karya Mini-Print yang lolos dengan Title "Main Mind"
menggunakan teknik Cut diatas lino, mono print, stencil, dan lithography
Karya ini dikoleksi oleh Tama Art Gallery, Tokyo, Japan
Selain acara Pameran dan juga menyelenggarakan berbagai workshop dari Seniman Grafis Senior yang berada di Japan. Perhelatan seni grafis memang saat ini, terhitung masih sangat minim diadakan baik event seni rupa di taraf Nasional maupun Internasional. Para pelaku seni grafis saat ini hanya dapat dihitung beberapa saja yang masih serius menekuni. Beberapa contoh yang berkembang di Indonesia, banyak perupa grafis akademisi maupun otodidak yang beralih profesi maupun berkarya dalam bentuk lainnya. Konsistensi dalam seni grafis sendiri masih sedikit untuk di apresiasi.
Kesempatan kali ini, dalam event Tokyo International Mini-Print Triennial 2015 yang melalui beberapa tahap seleksi untuk mengikutinya, menjadi ajang para penggrafis sendiri, untuk menjajal turut serta baik secara teknis garap maupun konseptual kekaryaannya. Selain itu memberikan kontribusi pada para perupa grafis, untuk mengembalikan potensi seni grafis yang ditekuni sebelumnya, baik secara akademisi maupun otodidak. Para perupa grafis juga mendapatkan suatu tempat di bidang seni rupa murni yang tetap masih konsisten menekuni bidang seni grafis. Selain permasalahan konsistensi, event ini sebagai ajang pengenalan kepada masyarakat luas mengenai seni grafis itu sendiri dan perkembangan seni grafis di masa depannya.
Doc. Sayonara Japan
Perjalanan berkesenian yang diakhiri dengan selfie dulu di Negara Orang Hahaha. 
Akhir kata yang saya ucapkan, terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak yang memperlancar kegiatan ini. Tidak lupa saya mengucapkan satu persatu kepada: Tuhan Yang Baik Hati telah mengijinkan hambanya untuk menghadiri acara ini, My Mother & Family yang selalu support atas kegiatan berkesenian, Pihak Panitia Event Organizer Tokyo International Mini-Print Trienniale 2015 atas undangan Symposiumnya, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia sub Internalisasi, Direktur Galeri Nasional Jakarta Bpk. Tubagus Andre atas surat rekomendasinya, Konsulat Jenderal Indonesia & Japan, Mbak Devi manager Langgeng Art Foundation Jogjakarta, Mbak Febri Avianca Jakarta yang banyak membantu proses berjalannya visa, Mas Deni Rahman (Grafis Minggiran dan Dosen ISI Solo), Keluarga Besar Garis Cakrawala Indonesia Visual Art Company, Keluarga Besar Jakarta (Faisal Effendi Konsultan Daya Lima NamsJugsAnsMuds, ArtTheraphy), dkk yang tidak bisa dipersebutkan satu persatu.